Puisi: Lagu Orang Buangan (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Lagu Orang Buangan" karya Ajip Rosidi menggambarkan keputusasaan dan kekecewaan terhadap harapan dan janji yang tidak terpenuhi.
Lagu Orang Buangan

Selalu orang bilang: masih ada harapan
Dan memang ia senang-senang bepergian
Dalam sedan atas nama jawatan

Selalu orang bilang: masih ada harapan
Dan kudengar ia akan segera berangkat
Di luar negeri ia bakal selamat

Selalu orang bilang: masih ada harapan
Dan ia tunduk baca berita dalam koran
Mengganas gerombolan, menghebat pertempuran

Selalu orang bilang: hari depan gemilang
Dan kusaksikan dari hari ke hari bencana memuncak
Di mana pemimpin sia-sia bertindak

Selalu orang bilang: hari esok jaya
Dan kusaksikan satu demi satu mereka jatuh
Kepercayaan demi kepercayaan runtuh

Tidak, tiada guna menutup mata
Kita pesta menimbun bencana
Setiap hari

Tidak, bagiku nyata sudah
Kalau tubuh membusuk separuh
Harapan tiada lagi

1958

Sumber: Surat Cinta Enday Rasidin (1960)

Analisis Puisi:

Puisi "Lagu Orang Buangan" karya Ajip Rosidi adalah sebuah karya yang mengeksplorasi tema keputusasaan dan kekecewaan terhadap harapan dan janji-janji yang tidak terpenuhi. Dalam puisi ini, Ajip mengungkapkan frustrasi terhadap situasi sosial dan politik yang dianggap tidak berfungsi, dan menggambarkan keputusasaan yang melanda individu yang merasa terasing dan terlupakan.

Repetisi dan Tema Utama

"Selalu orang bilang: masih ada harapan"

Puisi ini menggunakan repetisi frasa "Selalu orang bilang" untuk menekankan rasa kebosanan dan kekecewaan yang mendalam. Frasa ini menunjukkan betapa seringnya janji-janji atau harapan dicanangkan, tetapi pada akhirnya tidak membuahkan hasil yang nyata. Penggunaan repetisi ini menciptakan kesan bahwa janji-janji tersebut menjadi berulang dan tidak berarti.

Kontras antara Harapan dan Realitas

"Selalu orang bilang: hari depan gemilang / Dan kusaksikan dari hari ke hari bencana memuncak"

Puisi ini menghadirkan kontras yang tajam antara apa yang dijanjikan oleh para pemimpin atau otoritas ("hari depan gemilang") dan kenyataan yang sebenarnya dihadapi oleh masyarakat ("bencana memuncak"). Kontras ini menggambarkan ketidakcocokan antara kata-kata dan tindakan, serta kegagalan sistemik yang menyebabkan kekecewaan mendalam.

Kritik terhadap Kepemimpinan

"Di luar negeri ia bakal selamat" / "Selalu orang bilang: hari esok jaya"

Melalui puisi ini, Ajip menyuarakan kritik terhadap para pemimpin yang dianggap tidak mampu memenuhi janji mereka. Pernyataan tentang keselamatan di luar negeri dan hari esok yang jaya mencerminkan harapan kosong yang sering kali tidak terwujud. Ini menunjukkan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan dan sistem yang dianggap tidak efektif.

Kepasrahan dan Kesadaran

"Tidak, tiada guna menutup mata / Kita pesta menimbun bencana"

Pada bagian ini, puisi mengungkapkan kepasrahan terhadap situasi yang ada. "Menutup mata" menjadi simbol penolakan untuk melihat kenyataan yang suram, sementara "pesta menimbun bencana" mencerminkan sikap apatis atau pasrah terhadap keadaan yang semakin buruk. Ini menunjukkan bahwa harapan telah lenyap dan kesadaran akan bencana yang tidak kunjung berakhir telah mencapai titik puncaknya.

Keputusasaan yang Mendalam

"Kalau tubuh membusuk separuh / Harapan tiada lagi"

Baris ini mengekspresikan keputusasaan yang mendalam, di mana harapan dianggap tidak lagi relevan atau mungkin sudah mati. "Tubuh membusuk separuh" adalah metafora untuk kondisi yang memburuk secara progresif, menggambarkan perasaan putus asa dan hilangnya keyakinan akan masa depan yang lebih baik.

Interpretasi dan Konteks

  • Kritik Sosial dan Politik: Puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai kritik tajam terhadap keadaan sosial dan politik yang tidak memadai. Ajip menunjukkan ketidakpuasan terhadap janji-janji kosong dari para pemimpin dan menyoroti kegagalan sistem yang menyebabkan penderitaan dan bencana yang terus-menerus. Kritikan ini merupakan refleksi dari ketidakadilan dan kegagalan struktural yang menyebabkan rasa putus asa di kalangan masyarakat.
  • Keputusasaan dan Kepasrahan: Ajip menggambarkan keputusasaan dan kepasrahan sebagai tema sentral dalam puisi ini. Dengan menyoroti kontradiksi antara janji-janji harapan dan realitas yang suram, puisi ini menggambarkan bagaimana individu dan masyarakat merasa terasing dan tidak memiliki kontrol atas keadaan mereka. Kepasrahan ini mencerminkan kehilangan harapan dan kepercayaan yang mendalam.
  • Refleksi Personal dan Sosial: Puisi ini juga bisa dipandang sebagai refleksi personal penulis terhadap situasi sosial yang lebih luas. Dengan mengekspresikan kekecewaan dan kepasrahan melalui puisi, Ajip menciptakan ruang untuk introspeksi dan kritik terhadap sistem yang ada.
Puisi "Lagu Orang Buangan" karya Ajip Rosidi adalah puisi yang penuh dengan kritik sosial dan politik, menggambarkan keputusasaan dan kekecewaan terhadap harapan dan janji yang tidak terpenuhi. Melalui repetisi, kontras, dan simbolisme, puisi ini menyampaikan pesan yang kuat tentang ketidakpuasan terhadap kepemimpinan dan keadaan sosial yang semakin buruk. Dengan menyoroti kontradiksi antara janji dan kenyataan, Ajip menciptakan sebuah karya yang menggugah refleksi mendalam tentang keputusasaan dan hilangnya harapan di tengah bencana yang terus menerus.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Lagu Orang Buangan
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.