Ketika Malam
Hutan-Hutan
Terbaring Sepi
Ketika malam —
mengantar ribuan mimpi
Terbaring sendiri. Lepas
dari bias cahaya langit-langit kaca
Terasa embun turun
Rimba-rimba jadi kebenaran
karena selalu bisu
Suara ketukan
merata
pada pintu
Hutan-hutan —
meratapi musim kemarau
(telanjang membakar dirinya)
Menjaring ratapan angin dalam menanti
Tiada belas kasihan
Terbaring sepi —
Pada pusat peredaran waktu
Pembicaraan terhenti
Analisis Puisi:
Puisi "Ketika Malam" karya Z. Pangaduan Lubis adalah karya yang mengeksplorasi perasaan kesendirian, kehampaan, dan kebenaran dalam konteks ketenangan malam. Dalam puisi ini, penulis menyoroti keheningan malam sebagai latar belakang bagi perenungan dan introspeksi.
Kesendirian dan Ketenangan Malam: Puisi ini menggambarkan suasana malam sebagai saat ketika seseorang merenung dalam keheningan dan kesendirian. Saat malam tiba, terasa hampa dari cahaya yang biasa ada di siang hari, mengundang keheningan yang memungkinkan perenungan yang mendalam.
Hubungan Manusia dengan Alam: Penyair menggunakan gambaran alam, seperti embun, hutan, dan angin, untuk mengekspresikan hubungan manusia dengan alam dan perasaan yang diresapi oleh alam tersebut. Hutan yang meratapi musim kemarau memberikan kesan kesedihan dan kehampaan yang mungkin merujuk pada keadaan batin manusia.
Kehampaan dan Keheningan yang Mencengkam: Puisi ini juga menggambarkan kehampaan dan keheningan yang kuat. Suara ketukan pada pintu menciptakan rasa tegang dan misteri di tengah keheningan malam. Api unggun yang ditinggal pergi mencerminkan perubahan dan kehilangan yang mendadak, menyiratkan bahwa segala sesuatu memiliki awal dan akhir.
Ketidakpastian Waktu dan Kesunyian: Puisi ini mengeksplorasi konsep waktu yang terasa menenggelamkan serta keheningan yang menyiratkan isolasi. Pembicaraan yang terhenti menciptakan kesan kesunyian yang memenuhi waktu dan ruang, menunjukkan betapa sunyi dan hampa nya keheningan malam.
Puisi "Ketika Malam" karya Z. Pangaduan Lubis adalah penjelajahan dalam keheningan malam yang dipenuhi dengan kesendirian, kesunyian, dan introspeksi. Melalui gambaran alam dan kehampaan yang dihadapi oleh manusia, puisi ini menyampaikan perasaan kekosongan dan ketidakpastian dalam perjalanan hidup manusia, serta bagaimana malam menjadi latar belakang untuk merenungi kebenaran dan kesendirian yang terdalam.
Karya: Z. Pangaduan Lubis
Biodata Z. Pangaduan Lubis:
- Z. Pangaduan Lubis lahir pada tanggal 16 Februari 1938 di Muarasipongi, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
- Z. Pangaduan Lubis meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 2011.