Puisi: Kau! Kau yang Bicara! (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Kau! Kau yang Bicara!" karya Ajip Rosidi menyoroti kepalsuan, kekuasaan, dan kebisuan moral dalam masyarakat. Dengan gaya bahasa yang lugas ...
Kau! Kau yang Bicara! (1)

Apa artinya sajak
Kalau setiap saat manusia dapat ditembak
Hanya lantaran bedil tersandang
Dan hatimu meradang?

Apa artinya puisi
Kalau pintu penjara terbuka
Hanya lantaran merasa kuasa
Dan hatimu memendam benci?

Kutulis sajak ini
Karena penyair
Terhindar dari takdir jadi beo yang latah
Puisi pun harus menembus
Hidup-aman-dalam-bungkaman
Ditindas kesewenang-wenangan.

Penyairlah yang bicara
Menyampaikan hasrat-kodrati manusia:
Kemerdekaan!

Kau! Kau yang Bicara! (2)

Kau. Kau bicara tentang hak
dan orang lain kau kurniai hak-bajar-pajak
Kau bicara tentang kewajiban
tapi dirimu sendiri licin bagai kancil,
memilih kewajiban-memberi-perintah, memetik-hasil.

Kau. Kau bicara tentang kemakmuran
sedang petani-petani tak kaubiarkan makan nasi
tenang mengerjakan sawah dan ladang
dan pedagang-pedagang tak kaubiarkan lunas dari utang
dan guru-guru kau haruskan turut memburu
beras dan gula, minyak tanah dan peda
dan pengarang kau peras hingga tulang
sumsumnya pun hendak kau hisap, agar diam.

Kau bicara tentang kemerdekaan bicara
sedang suara yang hendak kau dengar hanya "Setuju!"
kalau ada yang berbunyi lain, alismu mengernyit
kau kutuk dia: "Penghianat bangsa!"
karena hanya kau pahlawan - tiada dua.

Ah, manusia ini hanya debu, kau tahu?
dan antara debu dengan debu
tiada tuhan, tiada pahlawan
kalau satu dewa yang lain pun dewa pula.

Kau! Kau yang Bicara! (3)

Tidakkah pernah dalam tengah malam sunyi
Selalu kau terlentang
Mendengarkan suara nurani
Berbicara lantang?

Dari hidup manusia, dialah yang tak pernah dusta
Dari diri manusia, dialah yang paling murni
Sepuhan, pakaian, tiada guna, lantaran dia
paling mesra dengan hati.

Kau. Bicaramu selalu tinggi
Mimpimu selalu hijau
Atas segala kata, atas segala mimpi
Apakah telingamu tuli, ataukah
nuranimu bisu bagai batu tak bertatah?

Kau. Hatimu yang selalu pura-pura
Tidakkah kepada dirimu sendiri kau tak kuasa
Kendati hanya sepatah dusta?
Setelah membaca sajak ini,
pejamkan matamu, lalu hening
dalam malam yang tenteram; merenung
menyelam ke dalam relung
rongga-rongga dasar jiwamu: Kenalkah kau
kepada mata kuyu yang kau suruh makan batu?
Kenalkah kau kepada tubuh-tubuh begung
yang tak jemu kausuruh menanggung?
Kenalkah kau kepada dada gambang
yang dikerahkan dari satu ke lain rapat
untuk bertepuk tangan, menarik urat, memuaskan hatimu
yang tak jemu disanjung?

Hidup ini di atas bumi fana
segalanya pun fana. Sajak ini
menolak kefanaan, dia menyadarkan
manusia yang riwan
mimpi jadi tuhan.

Bumi fana, menampung hidup fana.

Kau! Kau yang Bicara! (4)

Kau. Kau yang selalu bicara
sekali ini dengarkan, dengarkanlah
suara orang yang mungkin
dengan suaramu sendiri berlain.

Kau. Kau yang selalu bicara
sekali ini dengarkan, dengarkanlah
suara yang adalah suara paling dalam
keluar dari hatimu sendiri
dalam malam hening sepi.

Karena sajak ini bukan mimpi
remaja merindukan cinta, tapi
mengajak kau menjenguk nurani
yang telah lama kau jauhi - kau hindari.

Karena sajak ini bukan lamunan
penyair tak tentu kerja, melainkan
membangunkan kau yang gamang
terumbang ambing di pinggir jurang.

Karena sajak ini 'kan jadi bungkus roti
kalau petani mampu menyanyi malam hari,
tenang mengerjakan sawahnya lagi,
lepas dari intipan takut, gelisah, bimbang;
kalau pedagang senang menembang sepanjang hutan,
selagi menjajakan beras, gula, garam;
dan kalau segala mimpimu bukan lagi
hanya onggokan kata dan kertas, tertumpuk tinggi,
tapi telah menjadi hidup manusia sehari-hari.

Jatiwangi, November 1961

Sumber: Jeram (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Kau! Kau yang Bicara!" karya Ajip Rosidi adalah serangkaian pembicaraan dalam bentuk puisi yang menyoroti kepalsuan, kekuasaan, dan kebisuan moral dalam masyarakat. Dengan gaya bahasa yang lugas namun kuat, Rosidi mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang hak, kewajiban, kebenaran, dan keadilan.

Kritik Terhadap Kekuasaan dan Kebijakan: Rosidi menghadirkan gambaran tentang kepalsuan dalam pembicaraan tentang hak, kewajiban, dan kemakmuran. Dia menyoroti ketidakseimbangan antara janji-janji yang diucapkan dan tindakan nyata yang dilakukan, dengan menyatakan bahwa kebijakan yang diusung tidak selalu mencerminkan kebenaran dan keadilan yang sejati.

Kritik Terhadap Kemunafikan: Puisi ini juga mengkritik kemunafikan dalam bertindak dan berbicara. Rosidi menegaskan bahwa kejujuran dan kebenaran bukanlah hal yang sering terlihat, dan seringkali orang-orang yang berbicara tentang kemerdekaan dan keadilan sebenarnya hanya menjaga kepentingan diri sendiri.

Tantangan untuk Menghadapi Kebenaran: Rosidi membangkitkan pertanyaan-pertanyaan yang menantang pembaca untuk merenungkan kembali nilai-nilai moral dan etika yang mungkin telah terlupakan. Dia menegaskan bahwa kebenaran seringkali terkubur dalam keheningan, dan orang harus berani menemukan suara hati mereka yang sejati.

Tanggapan terhadap Realitas Sosial: Puisi ini bukan hanya sekadar kritik terhadap situasi yang ada, tetapi juga ajakan untuk bertindak. Rosidi menyatakan bahwa puisi harus lebih dari sekadar kata-kata kosong, melainkan harus menjadi daya dorong untuk perubahan sosial yang nyata. Dia menyerukan agar setiap individu mempertanyakan tindakan dan kebijakan yang ada, dan bertindak sesuai dengan nurani mereka.

Dengan menyelipkan puisi dalam bentuk serangkaian pertanyaan dan penegasan, Ajip Rosidi mengajak pembaca untuk menggali makna yang lebih dalam tentang kebenaran, keadilan, dan moralitas dalam masyarakat. Puisi ini menjadi sebuah refleksi tentang kondisi sosial dan politik yang ada, serta sebuah ajakan untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang sejati.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Kau! Kau yang Bicara!
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.