Analisis Puisi:
Puisi "Ibu Adalah Puisi" karya Gunoto Saparie membanggakan dan menggambarkan kebesaran hati seorang ibu sebagai puisi hidup yang nyata.
Kehadiran Ibu sebagai Puisi: Puisi menggambarkan ibu sebagai puisi yang nyata dalam hidup. Pemilihan kata "nan nyata" menonjolkan keaslian dan kehidupan yang terpancar dari kasih dan dedikasi seorang ibu.
Senyum dan Doa yang Kekal: Dalam letih dan duka, puisi menyoroti kekekalan senyum ibu. Ini menggambarkan kekuatan dan ketahanan kasih ibu yang mampu mengatasi segala cobaan. Doa ibu juga diposisikan sebagai elemen yang kekal, menunjukkan spiritualitas dan keberlanjutan cinta.
Kasih Sayang yang Tulus: Kata-kata "betapa tulus kasih sayangmu" menggarisbawahi kedalaman dan kemurnian cinta seorang ibu. Kasih sayang ibu dianggap sebagai kekuatan yang murni dan tulus, tanpa pamrih.
Puisi Sebagai Kesejukan: Ibu diibaratkan sebagai puisi, lukisan indah, dan kesejukan telaga. Metafora ini menciptakan citra keindahan dan ketenangan yang dibawa oleh kehadiran seorang ibu dalam rumah tangga.
Ketekunan dan Pengorbanan Ibu: Puisi menangkap ketekunan ibu yang terus bekerja sepanjang malam. Hal ini meresapi pengorbanan dan dedikasi ibu dalam merawat keluarga, bahkan ketika duka dan letih merasuki hidupnya.
Lukisan Indah di Dinding: Metafora "ibu adalah lukisan indah tergantung sunyi di dinding" menciptakan gambaran tentang kehadiran yang abadi dan keindahan yang dipersembahkan oleh seorang ibu dalam kehidupan.
Kesejukan Telaga Kasih Ibu: Ibu dianggap sebagai kesejukan telaga, memberikan gambaran tentang kelegaan dan ketenangan yang didatangkan oleh kasih, pengampunan, dan restu ibu.
Puisi ini membentuk pujian terhadap kebesaran hati seorang ibu. Gunoto Saparie dengan indahnya menyusun kata-kata untuk merayakan kehidupan ibu sebagai puisi hidup, lukisan indah, dan sumber kesejukan. Puisi ini menggambarkan keunikan dan keagungan peran seorang ibu dalam membentuk kehidupan keluarga dan memberikan nilai-nilai yang abadi.
Karya: Gunoto Saparie
BIODATA GUNOTO SAPARIE
Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.
Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004). Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.
Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain. Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.
Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta).
Kini ia masih aktif menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Info Koperasi (Kendal), Majalah Justice News (Semarang), dan Majalah Opini Publik (Blora).
Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.
Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Jakarta dan Nairobi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah. Selain itu, di tengah kesibukannya menulis, ia kadang diundang untuk membaca puisi, menjadi juri lomba kesenian, pemakalah atau pembicara pada berbagai forum kesastraan dan kebahasaan, dan mengikuti sejumlah pertemuan sastrawan di Indonesia dan luar negeri.