Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Gita Durma (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Gita Durma" mengangkat tema perjuangan, keberanian, dan kesetiaan dalam menghadapi penindasan. Melalui metafora yang kuat dan bahasa yang ...
Gita Durma

Kau dengarkah genderang bertalu, saudaraku?
Angin menderu lewat terali besi tingkap penjaramu.
Kau terbaring di atas lembaran-lembaran koran.
Dan rakyat di kampung yang kau bela
bersembahyang tasbih melewatkan malam.

Deru-deru hujan tiba
badai dan prahara tiba.
Semangat hidupmu adalah kali yang purba.
Selalu hadir dan mengalir.
Menghanyutkan gunung sampah ke samodra.
Dan samodra
sebagai pangkuan ibunda
selalu membasuh dosa-dosa manusia.

Kau dengarkah genderang bertalu, saudaraku?
Ketika tengah malam kau dibangunkan
dan dikawal ke kamar interogasi.
Wajahmu pucat tetapi matamu menyala
dan ibumu di kampung yang kau bela
memasak rendang dan ketupat
untuk dikirim kepadamu.

Fajar akan muncul
menembus kabut yang menyelimuti pulau-pulau.
Matahari adalah kenyataan yang tak bisa dikhianati.
Engkau adalah putra matahari
karena engkau melindungi kehidupan.

Kau dengarkah genderang bertalu, saudaraku?
Ketika di tengah panas terik sianghari
kau hadapi pengadilan yang sumpeg
dan jaksa menuntutmu
dengan undang-undang orang kulit putih
yang dipakai untuk menindas orang pribumi.

Guntur membelah udara
untuk menciptakan keseimbangan angkasa.
Kesabaran menyala menjadi semangat perjuangan
untuk membela keseimbangan kehidupan.

Kau dengarkah genderang bertalu, saudaraku?
Ketika engkau den para tahanan
berderet di muka barak penjara
untuk appel sore hari
sebelum tiga lapis pintu besi
digrendel untuk mengurungmu.
Dan para abang becak
akan bercerita kepada putramu
bagaimana kau telah berdiri
dan merumuskan keadaan.

Ya, mata bayonet memang berkilat.
Raung sirene memang menerpa batin.
Dan para oportunis menuduhmu teatral dan sok pahlawan.
Ya, barangkali kau pun juga terkencing di celana.
Tetapi kau menolak
untuk meletakkan hati nurani di atas sampah.
Kau menolak untuk menukar akal sehat dengan keedanan.
Kau menolak untuk menukar hukum dengan keliaran kekuasaan.

Dan aku, si penyair, memihak kepadamu.
Penyair bukan hakim.
Penyair adalah orang yang memberikan kesaksian.

Menguraikan simpul-simpul kelesuan dan kebisuan
akan terdengar alu-alu dipukulkan ke lesung penumbuk padi
menjadi genderang bertalu untukmu.

Kau dengarkah genderang bertalu, saudaraku?
Di saat engkau bertapa
memasuki kesepian penjara?
Dari pulau ke pulau
dari ufuk ke ufuk
dari puncak-puncak gunung berapi
arwah leluhur telah bangkit
menanggapi tapamu.

Di tengah masa-masa beratmu,
ketika kau memukuli tembok sel dengan buku-buku tanganmu,
kenangkanlah, saudaraku,
aku menulis sajak-sajak
merumuskan kesaksianku.

19 Mei 1979

Sumber: Horison (November, 1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Gita Durma" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang mengangkat tema perjuangan, ketahanan, dan keberanian dalam menghadapi penindasan dan ketidakadilan.

Metafora Perjuangan: Dalam puisi ini, genderang bertalu menjadi simbol perjuangan dan ketahanan. Suara genderang yang terus berkumandang menggambarkan semangat perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan yang dialami oleh "saudaraku," mungkin mengacu pada para pejuang atau aktivis yang berjuang untuk keadilan dan kebebasan.

Penggambaran Penindasan: Puisi ini menggambarkan suasana penindasan dan penganiayaan yang terjadi pada "saudaraku." Dia dipenjara, diinterogasi, dan dihadapkan pada pengadilan yang tidak adil. Meskipun menghadapi situasi yang sulit, "saudaraku" tetap teguh dan tidak menyerah.

Keberanian dan Kesetiaan: Meskipun dihadapkan pada keadaan yang mengancam, "saudaraku" tetap tegar dan tidak mengorbankan prinsip serta hati nuraninya. Dia tetap setia pada nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan martabat manusia, meskipun dihadapkan pada tantangan dan cobaan yang berat.

Penyair sebagai Saksi: Dalam puisi ini, penyair menyatakan dukungan dan kesaksian terhadap "saudaraku." Perannya bukan sebagai hakim, tetapi sebagai saksi yang menyampaikan kebenaran dan memberikan suara bagi yang tertindas.

Kesaksian dan Karya Sastra: Melalui puisi ini, W.S. Rendra menegaskan peran sastra sebagai alat untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan. Dengan merumuskan kesaksian melalui sajak-sajaknya, penyair memberikan dukungan moral dan inspirasi bagi mereka yang berjuang untuk kebebasan dan martabat manusia.

Bahasa dan Gaya Penulisan: Gaya penulisan yang kuat dan penuh emosi, serta penggunaan gambaran yang kuat, menghadirkan suasana dramatis dan mendalam dalam puisi ini. Kata-kata yang dipilih dengan cermat memperkuat pesan perlawanan dan keberanian yang terkandung dalam setiap baris puisi.

Dengan demikian, puisi "Gita Durma" adalah sebuah karya puisi yang mengangkat tema perjuangan, keberanian, dan kesetiaan dalam menghadapi penindasan. Melalui metafora yang kuat dan bahasa yang menggugah, puisi ini menyampaikan pesan moral dan inspiratif yang relevan bagi perjuangan kemanusiaan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Gita Durma
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.