Elegi
Telah terbunuh tiga
Dari empat
Khalifah
Telah terbelah
Ummat
Dalam firqah-firqah
Di tengah rumah
Sengketa
Menetes duka
Menetes darah
Angin panas
Awan merah!
Ya Rasulullah!
Analisis Puisi:
Puisi "Elegi" karya Taufiq Ismail menggambarkan perasaan duka dan konflik yang mendalam melalui imaji dan simbolisme yang kuat. Dengan kata-kata yang padat dan penuh emosi, puisi ini menyampaikan pesan tentang kesedihan dan perpecahan yang melanda umat Islam setelah periode awal kekhalifahan.
Puisi Elegi dimulai dengan sebuah pernyataan yang penuh penyesalan dan duka:
"Telah terbunuh tiga Dari empat Khalifah Telah terbelah Ummat Dalam firqah-firqah Di tengah rumah"
Kalimat-kalimat ini merujuk pada pembunuhan tiga dari empat Khalifah Rashidun, yaitu Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Talib. Khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq, adalah satu-satunya yang tidak disebutkan dalam konteks pembunuhan. Peristiwa ini menggambarkan periode yang penuh gejolak dan pertentangan dalam sejarah Islam, di mana umat Islam mengalami perpecahan menjadi berbagai kelompok atau firqah, menyisakan duka mendalam dalam komunitas mereka.
Penulis kemudian melanjutkan dengan menggambarkan suasana yang penuh kesedihan dan kekacauan:
"Sengketa Menetes duka Menetes darah Angin panas Awan merah!"
Di sini, kata "sengketa" menyoroti konflik yang berlangsung, yang mengakibatkan "duka" dan "darah". "Angin panas" dan "awan merah" berfungsi sebagai metafora untuk suasana yang penuh ketegangan dan kekacauan, mungkin merujuk pada atmosfer kekacauan politik dan sosial yang menyertai konflik tersebut.
Akhir puisi mengungkapkan kesedihan dan harapan dengan ungkapan:
"Ya Rasulullah!"
Ini adalah seruan kepada Nabi Muhammad SAW, yang mencerminkan permohonan untuk pertolongan dan bimbingan di tengah-tengah kekacauan dan kesedihan yang melanda umat Islam. Seruan ini menunjukkan bahwa umat Islam merasa kehilangan arah dan membutuhkan penghiburan dan petunjuk dari figur yang sangat dihormati dan dicintai.
Pesan Moral dan Sejarah
Puisi "Elegi" menyampaikan pesan tentang kesedihan dan dampak dari konflik internal dalam sejarah Islam. Taufiq Ismail menggunakan bahasa yang sederhana namun kuat untuk menyampaikan duka dan perpecahan yang terjadi setelah kematian para Khalifah. Pesan ini menggambarkan betapa beratnya beban yang ditanggung oleh umat Islam saat itu, serta dampak jangka panjang dari konflik tersebut terhadap kesatuan umat.
Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan sejarah Islam dan dampaknya terhadap komunitas saat ini. Dengan menyebutkan "Ya Rasulullah!", Ismail mengingatkan pembaca akan pentingnya kembali kepada nilai-nilai dan bimbingan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai jalan untuk menyembuhkan luka dan mengatasi perpecahan.
Konteks dan Relevansi
Puisi ini berfungsi sebagai pengingat akan kekuatan dan kerentanan komunitas manusia dalam menghadapi konflik dan kesedihan. Melalui penggambaran yang kuat dari peristiwa sejarah, Taufiq Ismail menyoroti pentingnya persatuan dan perdamaian dalam komunitas.
- Konteks Sejarah: Pembunuhan Khalifah dan perpecahan umat Islam adalah peristiwa bersejarah yang membentuk perkembangan awal Islam. Puisi ini mengingatkan kita akan dampak dari konflik tersebut terhadap sejarah dan kesatuan umat.
- Pesan Moral: Melalui duka dan seruan kepada Nabi, puisi ini menekankan pentingnya persatuan dan kembali kepada ajaran-ajaran fundamental dalam menghadapi tantangan.
- Relevansi Kontemporer: Di dunia modern, pesan puisi ini tetap relevan sebagai pengingat tentang pentingnya memelihara persatuan dan mencari solusi damai untuk konflik yang mungkin terjadi di masyarakat.
Puisi "Elegi" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya yang penuh emosi dan makna, menggambarkan duka dan konflik yang melanda umat Islam setelah kematian tiga dari empat Khalifah Rashidun. Dengan menggunakan simbolisme dan imaji yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak sejarah dan pentingnya persatuan dalam komunitas. Melalui seruan kepada Nabi Muhammad SAW, Ismail mengingatkan kita akan nilai-nilai dan bimbingan yang diperlukan untuk mengatasi perpecahan dan kesedihan, serta untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat.
Karya: Taufiq Ismail
Biodata Taufiq Ismail:
- Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
- Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.