Puisi: Dunianya Yuli, Aku Ingin (Karya Syahril Latif)

Puisi "Dunianya Yuli, Aku Ingin" karya Syahril Latif menggambarkan perasaan lelah dan keinginan untuk menemukan ketenangan dan kebahagiaan ...
Dunianya Yuli, Aku Ingin

Rumah Sakit Ciptomangunkusumo: jam 2 malam, aku
lelah letih sungguh:
dan janganlah lagi kau ajak aku mengembara jauh
ke malam yang dalam, legam dan jelaga
mencari makna dari makna
hakekat yang hakiki
Aku ingin bangun pagi
menyambut matahari
yang sejuk
dan mengucap salam pada seluruh penghuni bumi
bersyukur pada Ilahi
Aku tak mau lagi menyelam
ke dalam kelam
jauh ke sumur tak berdasar
Biarkan aku memandang
dari tepi pantai kehidupan
yang segar, lincah dan murni
seperti anakku Yuli
bermain sepanjang hari

Sumber: Horison (Januari, 1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Dunianya Yuli, Aku Ingin" karya Syahril Latif menggambarkan perasaan lelah dan keinginan untuk menemukan ketenangan dan kebahagiaan sederhana dalam hidup. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana dan deskriptif, Latif berhasil menyampaikan perasaan mendalam dan refleksi pribadi tentang makna hidup.

Latar Tempat dan Waktu

Puisi ini dimulai dengan deskripsi waktu dan tempat yang spesifik: "Rumah Sakit Ciptomangunkusumo: jam 2 malam." Latar ini menciptakan suasana yang langsung terasa melelahkan dan penuh keletihan. Rumah sakit pada malam hari sering kali dikaitkan dengan kesakitan, kecemasan, dan ketidakpastian, yang sesuai dengan perasaan lelah dan letih yang diungkapkan oleh penyair.

Keinginan untuk Menghindari Kegelapan

Syahril kemudian menyatakan keengganan untuk terus mencari makna dalam kegelapan: "dan janganlah lagi kau ajak aku mengembara jauh / ke malam yang dalam, legam dan jelaga / mencari makna dari makna / hakekat yang hakiki." Baris ini mencerminkan keinginan untuk berhenti mencari jawaban yang mendalam dan mungkin tak terjangkau. Penyair mengungkapkan kelelahan mental dan emosional dari terus-menerus mencari makna dalam kegelapan dan kesulitan.

Keinginan untuk Ketenangan dan Kehidupan Sederhana

Penyair kemudian mengungkapkan keinginan sederhana: "Aku ingin bangun pagi / menyambut matahari / yang sejuk / dan mengucap salam pada seluruh penghuni bumi / bersyukur pada Ilahi." Keinginan ini mencerminkan hasrat untuk kehidupan yang damai, penuh dengan rasa syukur dan kebahagiaan sederhana. Penyair ingin menemukan kembali ketenangan dalam kehidupan sehari-hari, tanpa perlu terjebak dalam pencarian makna yang rumit.

Menghindari Kegelapan dan Kehidupan yang Berat

Syahril juga menekankan keinginannya untuk menghindari kegelapan: "Aku tak mau lagi menyelam / ke dalam kelam / jauh ke sumur tak berdasar." Baris ini menguatkan keengganan penyair untuk terus berada dalam keadaan mental yang gelap dan berat. Keinginan untuk menghindari "sumur tak berdasar" mencerminkan perasaan terjebak dalam ketidakpastian dan kesulitan yang tak berujung.

Menghargai Kehidupan Sehari-hari dan Kegembiraan Anak

Penyair mengakhiri puisi dengan gambaran yang penuh harapan dan kebahagiaan: "Biarkan aku memandang / dari tepi pantai kehidupan / yang segar, lincah dan murni / seperti anakku Yuli / bermain sepanjang hari." Gambaran anak yang bermain mencerminkan kebahagiaan sederhana dan keindahan kehidupan yang polos dan bebas dari beban. Penyair ingin menemukan kembali kegembiraan dan kesegaran hidup yang murni, seperti yang dialami oleh anaknya Yuli.

Puisi "Dunianya Yuli, Aku Ingin" adalah puisi yang menggambarkan perasaan lelah dan keinginan untuk menemukan ketenangan dan kebahagiaan sederhana dalam hidup. Syahril Latif melalui puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai momen-momen kecil dan sederhana, serta menghindari kelelahan mental dan emosional yang disebabkan oleh pencarian makna yang terlalu dalam dan gelap.

Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna, Syahril berhasil menciptakan gambaran yang hidup tentang perasaan manusia yang universal—keinginan untuk kedamaian, kebahagiaan, dan kehidupan yang sederhana. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung dan menghargai kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari, serta menemukan kembali kegembiraan yang murni dan polos, seperti yang dialami oleh anak-anak.

Puisi
Puisi: Dunianya Yuli, Aku Ingin
Karya: Syahril Latif

Biodata Syahril Latif:
  • Syahril Latif lahir pada tanggal 3 Juni 1940 di Silungkang, Sumatera Barat.
  • Syahril Latif meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 1998 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.