Puisi: Bukit Tinggi (Karya Syahril Latif)

Puisi "Bukit Tinggi" karya Syahril Latif membawa pembaca ke dalam suasana alam yang indah namun penuh kesepian. Dengan deskripsi yang mendalam ...
Bukit Tinggi

Awan yang bunting selalu
Hutan dan rumput yang hijau selalu
Bening air sungai selalu
Terimalah salamku

Seri. Bersamakulah
Sepi puncak perbukitan
Sepi padang lalang
Sepi lembah-lembah biru
Sepi ngarai Si Anok
Sepi awan berlayar jauh
Sepi kota dingin malam hari
Sepi desa di lereng batu
Sepi lampu pelita
Sepi surau di tepi sawah
Sepi itu sendiri
Sepi hatiku

Sumber: Horison (Desember, 1969)

Analisis Puisi:

Puisi "Bukit Tinggi" karya Syahril Latif membawa pembaca ke dalam suasana alam yang indah namun penuh kesepian. Dengan deskripsi yang mendalam tentang alam Bukit Tinggi, Syahril menggabungkan keindahan alam dengan perasaan batin yang sunyi dan sepi.

Penggambaran Alam yang Indah

Puisi ini dibuka dengan penggambaran alam yang subur dan indah: "Awan yang bunting selalu, Hutan dan rumput yang hijau selalu, Bening air sungai selalu." Penggunaan kata "selalu" menunjukkan keabadian dan kelestarian alam Bukit Tinggi. Alam digambarkan sebagai sesuatu yang murni dan penuh kehidupan.

Salam Kepada Alam

Kalimat "Terimalah salamku" memberikan kesan bahwa penyair memiliki hubungan yang erat dengan alam. Salam ini seolah-olah menjadi bentuk penghormatan dan pengakuan atas keindahan dan ketenangan yang ditawarkan oleh alam Bukit Tinggi.

Kontras antara Keindahan Alam dan Kesepian

Setelah menggambarkan keindahan alam, Syahril beralih ke tema kesepian: "Sepi puncak perbukitan, Sepi padang lalang, Sepi lembah-lembah biru." Kata "sepi" diulang berkali-kali untuk menekankan perasaan kesendirian yang dirasakan penyair di tengah-tengah keindahan alam.

Kesepian yang Menyeluruh

Kesepian dalam puisi ini tidak hanya terbatas pada tempat tertentu, tetapi menyebar ke seluruh penjuru: "Sepi ngarai Si Anok, Sepi awan berlayar jauh, Sepi kota dingin malam hari, Sepi desa di lereng batu." Dengan menyebutkan berbagai lokasi yang berbeda, Syahril menunjukkan bahwa kesepian adalah perasaan yang mendalam dan menyeluruh.

Kesepian yang Intim

Kesepian yang digambarkan dalam puisi ini juga sangat intim dan pribadi: "Sepi lampu pelita, Sepi surau di tepi sawah, Sepi itu sendiri, Sepi hatiku." Penyair mengaitkan kesepian dengan benda-benda dan tempat-tempat yang biasanya memberikan rasa nyaman dan kedamaian, tetapi dalam puisi ini justru menambah perasaan kesepian yang dirasakan.

Puisi "Bukit Tinggi" adalah puisi yang menggambarkan keindahan alam Bukit Tinggi sekaligus menyampaikan perasaan kesepian yang mendalam. Melalui deskripsi alam yang subur dan hijau, serta pengulangan kata "sepi," Syahril Latif berhasil menciptakan kontras antara keindahan alam dan perasaan batin yang sunyi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang bagaimana keindahan alam yang abadi bisa berdampingan dengan perasaan kesepian yang mendalam.

Dengan bahasa yang sederhana namun kaya akan makna, Syahril menyampaikan pesan bahwa kesepian adalah bagian dari pengalaman manusia yang universal. Meskipun berada di tengah keindahan alam, perasaan sepi tetap bisa menyelimuti hati, dan puisi ini menggambarkan dengan indah bagaimana kedua hal tersebut bisa berdampingan.

Puisi
Puisi: Bukit Tinggi
Karya: Syahril Latif

Biodata Syahril Latif:
  • Syahril Latif lahir pada tanggal 3 Juni 1940 di Silungkang, Sumatera Barat.
  • Syahril Latif meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 1998 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.