Bah!
Resah.
Resahlah langit.
Resahlah badan.
Aku gelisah
memeluk badan.
Angin mendera.
Sarat.
Waktu menderu.
Sarat.
Aku melawan keterbatasanku.
Resah.
Resahlah laut.
Resahlah sukma.
Aku gelisah
mengulur sukma.
Angin prahara.
Sarat.
Waktu menggebu.
Sarat.
Aku melawan keterbatasanku.
Resah.
Resahlah bumi.
Resahlah cipta.
Aku gelisah
mencipta kata.
Angin melanda.
Sarat.
Protes di debu.
Sarat.
Aku melawan keterbatasanku.
Sumber: Horison (November, 1982)
Analisis Puisi:
Puisi "Bah!" karya W.S. Rendra menghadirkan suasana gelisah dan pemberontakan terhadap keterbatasan serta kondisi yang mengganggu dalam kehidupan.
Ekspresi Gelisah dan Ketidakpuasan: Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang kegelisahan dan ketidakpuasan. Langit, badan, laut, sukma, bumi, dan cipta semuanya digambarkan sebagai entitas yang gelisah, yang mencerminkan keadaan internal dan eksternal manusia yang dipenuhi dengan kegelisahan dan perasaan tidak puas.
Konfrontasi dengan Keterbatasan: Penggunaan repetisi kata "resah" menekankan ketidaknyamanan dan kegelisahan yang terus menerus dirasakan oleh pelaku puisi. Ketika dia menggambarkan dirinya "melawan keterbatasanku," itu mencerminkan keinginan untuk melampaui batasan-batasan yang menghambatnya, baik dalam hal fisik maupun spiritual.
Pemberontakan terhadap Kondisi Lingkungan: Gambaran angin mendera, waktu yang menderu, dan angin prahara menunjukkan ketidakstabilan dan kekerasan dalam lingkungan sekitarnya. Ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol dari ketidakpuasan dan kekerasan dalam masyarakat yang memengaruhi keadaan mental dan emosional pelaku puisi.
Protes dan Perlawanan: Melalui kata-kata "mencipta kata" dan "protes di debu," pelaku puisi menunjukkan semangat perlawanan terhadap kondisi yang menekan. Dia mencoba mengekspresikan dirinya melalui kata-kata dan tindakan protes, meskipun situasi yang mengelilinginya tidak mendukung.
Penggunaan Kata-Kata yang Kuat: Kata-kata yang dipilih, seperti "mendera," "gebu," dan "prahara," memberikan nuansa kekuatan dan kekerasan pada kondisi yang digambarkan dalam puisi. Ini menciptakan atmosfer yang membebankan dan memicu perasaan ketidaknyamanan serta ketegangan.
Secara keseluruhan puisi, W.S. Rendra menggambarkan perasaan ketidakpuasan, ketidakstabilan, dan perlawanan terhadap kondisi yang tidak diinginkan. Puisi "Bah!" menggambarkan kegelisahan yang dalam terhadap ketidakadilan dan keterbatasan, sambil menunjukkan semangat perlawanan dan keinginan untuk melampaui batasan-batasan yang menghambat.