Puisi: Angka-Angka dan Tanda-Tanda (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Angka-Angka dan Tanda-Tanda" karya Ajip Rosidi menggambarkan perasaan kehilangan arah dan kebingungan di tengah kompleksitas kehidupan modern.
Angka-Angka dan Tanda-Tanda
buat Anwar

Dalam penerbangan menuju Phoenix
stewardess bertanya: "Di mana tuan akan turun?"
dan orang tua renta di sebelahku mengangkat kacamata:
"Tak tahu di mana. Tolong lihat
barangkali dalam tiket ada tercatat."

Perjalanan dari satu ke lain tempat
dari kota ke kota: selalu sama. Bagaikan
si orang tua yang tak tahu lagi mau ke mana.
Semuanya sudah terserah, diatur dalam acara:
huruf-huruf, angka-angka dan tanda-tanda
yang tak semuanya dapat kupahami.

"Tolong lihat
dalam tiket semuanya sudah dicatat."
Lalu akupun tidur
karena semuanya toh sudah diatur.

1972

Sumber: Ular dan Kabut (1973)

Analisis Puisi:
Puisi "Angka-Angka dan Tanda-Tanda" karya Ajip Rosidi menggambarkan perasaan kehilangan arah dan kebingungan di tengah kompleksitas kehidupan modern. Rosidi menggunakan pengalaman perjalanan sebagai metafora untuk mengekspresikan perasaan kehilangan kontrol dan kebingungan dalam menghadapi kehidupan.

Keterbatasan Manusia dalam Menghadapi Kompleksitas: Dalam puisi ini, pengalaman perjalanan pesawat menjadi simbol kehidupan yang dipenuhi dengan berbagai tanda dan simbol yang sulit dipahami. Ketika seorang penumpang tua bertanya kepada staf penerbangan tentang tujuannya, ia merasa kehilangan arah dan bergantung pada petunjuk eksternal seperti tiket. Hal ini mencerminkan keterbatasan manusia dalam menghadapi kompleksitas kehidupan modern yang dipenuhi dengan aturan, instruksi, dan tanda-tanda yang sulit dipahami.

Kehilangan Kontrol dan Ketergantungan pada Sistem: Penumpang tua tersebut menyerahkan kendali kepada sistem, menerima bahwa segalanya telah diatur dan tercatat dalam tiket. Tidur yang ia pilih sebagai reaksi menunjukkan rasa pasrah dan ketidakberdayaan dalam menghadapi kompleksitas kehidupan. Hal ini mencerminkan perasaan hilangnya kendali dan ketergantungan pada sistem yang telah mengatur segalanya.

Ketidakpastian dan Kehidupan Modern: Melalui pengalaman perjalanan, Rosidi menggambarkan ketidakpastian yang dialami individu dalam menghadapi kehidupan modern yang kompleks dan seringkali tidak dapat dipahami. Kehidupan diatur oleh "huruf-huruf, angka-angka dan tanda-tanda" yang sulit dimengerti, sehingga individu merasa terombang-ambing dan kehilangan arah.

Kritik terhadap Modernitas: Puisi ini juga bisa diinterpretasikan sebagai kritik terhadap kehidupan modern yang terlalu terikat pada aturan, teknologi, dan sistem yang kompleks. Rosidi menyoroti bahwa dalam upaya untuk mengatur kehidupan, seringkali manusia kehilangan kemanusiaannya dan kebebasannya untuk memilih arah hidupnya sendiri.

Dengan menggunakan pengalaman sehari-hari yang sederhana, Ajip Rosidi berhasil menghadirkan gambaran yang mendalam tentang perasaan kebingungan dan ketidakpastian yang sering dialami dalam kehidupan modern. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari kehilangan kendali dan ketergantungan pada sistem, serta pentingnya mempertahankan kemanusiaan dan kebebasan dalam menghadapi kompleksitas kehidupan.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Angka-Angka dan Tanda-Tanda
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Ssst!Kita berbisikKita diperbisikkanSsst!Kita tertembakJakarta, 1972Sumber: Horison (Mei, 1974)Puisi: Ssst!Karya: Rahman ArgeBiodata Rahman Arge:Rahman Arge (Abdul R…
  • Pergi Aku ke Balik MalamPergi aku ke balik malammenentang langit:Tegak ataukah telentang?Pergi aku ke kaki langitmeraih cakrawala:Garis lurus atau garis lengkung?Pergi aku ke dalam…
  • Pelukis di Cicuruttangan pelukis Itumencat awan sekaratdua ekor bangaumelintas di atas ubunkuwarna-warna pas meleleh tembuske sinidan tangan Itu sekonyongmenggaet tangankumelukis m…
  • Jembatan Tuawajah seorang arsitek belandamelumut pada jembatan tuapada dua tiangnya menyempitkulihat jaman tersekapkila lalu teringat-ingatmasa ituBogor, 1972Sumber: Horison (…
  • Adalah KitaAdalah kitaadalah kitaakuengkau dan semua.Adalah kita membelai ketinggian matahariadalah kita menjenguk keterbanan lautadalah kita menembus dinding batudengan ujung mata…
  • Lagu Danau kelabu pada dataran Hutan-hutan di sekitarnya, perkasa Gumpalan dingin di langit malam Menghamparkan bayangan salju Mengapa pi…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.