Puisi: Andong-Andong Margomulyo (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Andong-Andong Margomulyo" karya Taufiq Ismail mengeksplorasi tema kemarau, kenangan, dan perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu.
Andong-Andong Margomulyo

Musim kemarau telah meninggi. Di atas cemara
Bayang keraton pada gapura demi gapura
Dan jarum waktu, jarum waktu. 1965
Kabut larut mengombak tanpa suara

Sebuah jam tua, lama kukenal jemarimu
Tembok-tembok benteng berlumut hitam ungu
Adalah ku-ku burung balam
Menyebut namamu. Menyebut namamu
Sepotong langit Yogya
Berawan putih di sana.

1965

Sumber: Horison (Mei, 1967)

Analisis Puisi:

Puisi "Andong-Andong Margomulyo" karya Taufiq Ismail merupakan sebuah karya yang menyajikan refleksi mendalam tentang waktu, tempat, dan nostalgia. Dengan latar belakang yang kuat dan simbolis, puisi ini mengeksplorasi tema kemarau, kenangan, dan perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu.

Setting dan Suasana

Puisi dimulai dengan penggambaran musim kemarau yang telah meninggi, yang memberikan nuansa kering dan keras pada lingkungan. Bayangan keraton pada gapura demi gapura dan jarum waktu yang bergerak menunjukkan sebuah perpaduan antara waktu yang terus berjalan dan kekuatan simbolis dari tempat-tempat yang memiliki makna sejarah dan budaya. Kemarau yang tinggi dan kabut yang larut mengombak tanpa suara menciptakan suasana yang sunyi dan reflektif, mengundang pembaca untuk merenung tentang masa lalu dan perubahan.

Simbolisme dan Makna

  • Jam Tua: Jam tua yang lama dikenali jemarimu menggambarkan pentingnya waktu dan bagaimana waktu itu menghubungkan seseorang dengan kenangan masa lalu. Jam ini mungkin juga melambangkan kekekalan dan perubahan yang tak terhindarkan dalam kehidupan.
  • Tembok-Tembok Benteng: Tembok-tembok benteng yang berlumut hitam ungu menunjukkan kemunduran dan keusangan, mencerminkan bagaimana sesuatu yang dulu megah kini menjadi usang dan terlupakan. Ini juga bisa menjadi simbol dari sejarah dan warisan yang kian memudar.
  • Burung Balam: Burung balam yang menyebut nama menggambarkan cara kenangan dan identitas terus diingat dan dihargai, meskipun waktu berlalu. Burung ini bisa juga melambangkan kedamaian atau nostalgia.
  • Langit Yogya: Sebuah potongan langit Yogya yang berawan putih menunjukkan sebuah tempat yang khusus dalam ingatan atau hati penulis. Ini menciptakan rasa keterhubungan dengan suatu tempat yang memiliki arti khusus dalam kehidupan penulis.

Tema dan Refleksi

Puisi ini mencerminkan tema nostalgia dan refleksi terhadap masa lalu. Dengan menggambarkan musim kemarau, bayangan keraton, dan simbol-simbol seperti jam tua dan tembok benteng, Ismail mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana waktu dan perubahan mempengaruhi kenangan dan tempat-tempat yang kita hargai.

Bayangan keraton dan tembok benteng yang berlumut menandakan bahwa meskipun ada perubahan dan kemunduran, kenangan dan warisan tetap hidup dalam ingatan kita. Burung balam yang menyebut nama menunjukkan bahwa meskipun fisik mungkin pudar, nama dan kenangan akan tetap hidup dan dihargai.

Puisi "Andong-Andong Margomulyo" adalah puisi yang kaya dengan simbolisme dan refleksi mendalam tentang waktu, kenangan, dan perubahan. Taufiq Ismail dengan cermat menggunakan gambar-gambar yang kuat untuk mengungkapkan bagaimana kenangan dan tempat yang penting dalam hidup kita berhubungan dengan waktu dan sejarah. Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk merenung dan menghargai nilai dari kenangan dan warisan budaya yang membentuk identitas kita.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Andong-Andong Margomulyo
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.