Puisi: Ada Saat (Karya Syahril Latif)

Puisi "Ada Saat" karya Syahril Latif menyampaikan perasaan yang mungkin sering dialami oleh banyak orang—ketika kata-kata tidak lagi cukup untuk ...
Ada Saat

Ada saat aku tak ingin berkata
Atau bersuara
Atau mendesah sekalipun

Ada kala kata, suara, atau desah apa saja
Tak bisa memberi warna pada makna
Tak sanggup menjangkau rinduku yang lampau

Mungkin bisa kutemu dalam: diam

Sumber: Horison (Januari, 1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Ada Saat" karya Syahril Latif adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan introspektif dan kerinduan yang mendalam. Melalui kata-kata yang sederhana namun penuh makna, Syahril menyampaikan perasaan yang mungkin sering dialami oleh banyak orang—ketika kata-kata tidak lagi cukup untuk mengungkapkan perasaan.

Ekspresi Keheningan

Puisi ini dimulai dengan pernyataan tentang keengganan untuk berbicara: "Ada saat aku tak ingin berkata / Atau bersuara / Atau mendesah sekalipun." Ini menggambarkan momen ketika seseorang merasa bahwa tidak ada kata-kata yang cukup untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Keheningan menjadi pilihan, bukan karena tidak ada yang ingin dikatakan, tetapi karena kata-kata tidak cukup.

Keterbatasan Kata dan Suara

Syahril melanjutkan dengan mengakui keterbatasan kata dan suara dalam menyampaikan makna: "Ada kala kata, suara, atau desah apa saja / Tak bisa memberi warna pada makna / Tak sanggup menjangkau rinduku yang lampau." Dalam baris ini, Syahril menekankan bahwa terkadang, kata-kata dan suara tidak bisa sepenuhnya mengungkapkan perasaan dan kerinduan yang mendalam. Ada rasa yang terlalu kompleks dan mendalam untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Kerinduan yang Lampau

Puisi ini juga menyentuh tentang kerinduan terhadap masa lalu: "Tak sanggup menjangkau rinduku yang lampau." Kerinduan ini bisa merujuk pada kenangan, perasaan, atau seseorang yang telah pergi. Kerinduan ini begitu mendalam sehingga kata-kata dan suara tidak mampu menjangkaunya, menggambarkan perasaan kehilangan dan nostalgia yang intens.

Pencarian dalam Keheningan

Puisi ini diakhiri dengan refleksi tentang menemukan kedamaian dalam diam: "Mungkin bisa kutemu dalam: diam." Syahril mengusulkan bahwa dalam keheningan, seseorang mungkin bisa menemukan apa yang mereka cari. Diam bukan hanya ketiadaan suara, tetapi juga ruang untuk merenung dan menemukan makna yang lebih dalam. Keheningan menjadi tempat di mana seseorang bisa mendekati perasaan mereka yang paling dalam dan memahami kerinduan mereka.

Gaya Bahasa dan Struktur

Gaya bahasa Syahril dalam puisi ini sederhana namun efektif. Pilihan kata yang minimalis dan penggunaan repetisi menciptakan suasana yang tenang dan introspektif. Struktur puisi yang terbagi menjadi beberapa baris pendek memperkuat pesan tentang keterbatasan kata dan kekuatan keheningan.

Puisi "Ada Saat" adalah puisi yang menggambarkan momen introspektif ketika kata-kata tidak lagi cukup untuk mengungkapkan perasaan yang mendalam. Syahril Latif melalui puisi ini menekankan pentingnya keheningan sebagai ruang untuk merenung dan memahami perasaan yang tidak bisa dijangkau oleh kata-kata. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang momen-momen dalam hidup mereka ketika keheningan menjadi pilihan terbaik, ketika kata-kata tidak lagi memadai.

Dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna, Syahril berhasil menyampaikan pesan yang mendalam tentang kerinduan, keterbatasan kata-kata, dan kekuatan keheningan. Puisi ini adalah refleksi yang indah tentang perasaan manusia yang universal, mengajak kita untuk menghargai keheningan sebagai bagian dari pengalaman emosional kita.

Puisi
Puisi: Ada Saat
Karya: Syahril Latif

Biodata Syahril Latif:
  • Syahril Latif lahir pada tanggal 3 Juni 1940 di Silungkang, Sumatera Barat.
  • Syahril Latif meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 1998 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.