Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sajak Tutup Tahun (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Sajak Tutup Tahun" karya Sapardi Djoko Damono menggali tema tentang kehilangan, penderitaan, dan pencarian makna di tengah-tengah kegelapan.
Sajak Tutup Tahun, 1965

menitiklah juga akhirnya, dari kelopak-kelopaknya yang lelah
airmatamu yang terpahit
suara Yudas berkumandang kembali, dan sekawanan makhluk malang
menusukkan tangan-tangan mereka yang terbakar ke langit, ke bumi

barangkali kelopak kasih-sayang tiada terdengar lagi di sini
dan di jalanan pisau-pisau berkilat dalam dendam
pandanglah dengan duabelah matamu yang letih lantaran curiga:
anak-anak yang kehilangan bapa dan perempuan-perempuan tidur tanpa suaminya

ya, saudara-saudaraku yang tertunduk dalam duka yang panjang
kembangkan lengan-lenganmu yang berkeringat, tegakkan pundakmu penat
kita bangunkan kembali kasih-sayang, selama kau tahu
bahwa Yudas tidak menjual Kristus, tapi dirinya sendiri

Sumber: Horison (Mei, 1968)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Tutup Tahun" karya Sapardi Djoko Damono menggali tema tentang kehilangan, penderitaan, dan pencarian makna di tengah-tengah kegelapan.
  • Kehilangan dan Penderitaan: Penyair mengeksplorasi tema kehilangan yang meliputi kehilangan kasih sayang, kehilangan orang tersayang, dan kehilangan rasa keamanan.
  • Simbolisme Yudas dan Kristus: Penggunaan simbolisme Yudas dan Kristus menggambarkan pengkhianatan, penderitaan, dan pengorbanan dalam konteks modern. Yudas, yang disebutkan dalam puisi, mewakili pengkhianatan dan pengorbanan diri yang dalam.
  • Pencarian Makna dan Pemulihan: Meskipun puisi ini mengeksplorasi tema-tema yang gelap dan penderitaan, ada juga tema pencarian makna dan pemulihan. Penyair menunjukkan keinginan untuk membangun kembali kasih sayang dan kemanusiaan di tengah-tengah kekerasan dan kehilangan.

Struktur dan Gaya Bahasa

  • Imaji yang Kuat: Sapardi Djoko Damono menggunakan imaji yang kuat seperti kelopak-kelopak yang lelah dan pisau-pisau berkilat, untuk menggambarkan kepenatan dan kekerasan yang ada dalam masyarakat.
  • Gaya Bahasa yang Emosional: Bahasa dalam puisi ini cenderung emosional dan reflektif, mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam dari setiap kata dan baris.
Puisi "Sajak Tutup Tahun" menghadirkan gambaran tentang penderitaan yang mendalam dalam kehidupan modern, serta upaya untuk mencari makna dan pemulihan di tengah-tengahnya. Dengan menggunakan simbolisme dan imagery yang kuat, penyair menggambarkan realitas yang keras dan menantang, namun juga menawarkan harapan akan kebangkitan dan kebaikan manusia.

Puisi "Sajak Tutup Tahun" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang menggugah dan memprovokasi pemikiran. Dengan menggunakan bahasa yang mendalam dan simbolisme yang kuat, puisi ini tidak hanya menggambarkan penderitaan dan kehilangan, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan arti sejati dari kehidupan, pengkhianatan, dan pengorbanan. Melalui struktur naratif yang kuat dan gaya bahasa yang khas, puisi ini menghadirkan pengalaman sastra yang membangkitkan emosi dan pemikiran.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Sajak Tutup Tahun, 1965
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.