Rebahkan Hatimu di Bumi Ini
kepada haji usmar ismail
sekian abad telah kita Nur-kan tanah ini
ketika para pioner berangkat dari poros benua
dan menancapkan sauh di pantai pasei dan pesisir jawa
sekian abad telah kita mandikan tanah ini
dari rencong atas nama-Nya yang menjantankan cikditiro
atas tanah bonjol dan diponegoro berjubah di kuda
hasanuddin dan baabullah pendebar laut-laut timur
hingga sudirman berparu-paru sebelah, dan bung tomo
yang meng-allahu-akbarkan kota surabaya
dan bung karno yang membadai mengguntur di udara
kutahu, Tuhan telah turun merentangkan jubah-Nya
kutahu, Tuhan telah turun dan mengecup putera-putera setia-Nya
karena bara yang disemai Lelaki Gurun di gua hira'
telah berapi dan menjulur ke segala petala bumi
seperti pagi yang lalu, pagi ini kita juga memandang matahari
hari telah merapikan lembah dan taman-taman abadi
supaya bunga bertumbuh, dan berputik di bawah kening-Nya
dan bila malam datang menumbuhkan embun, katakan:
- bahwa tanah adalah bayang putih telapak-Nya
sekian abad telah kita pahat nama-Nya di sini
dan bersumpah atas janji dengan napas yang senantiasa berdegup
bahwa bumi ini adalah bumi sujud, hidup dan mati kami
sekarang pun, Tuhan masih kita tegakkan
dalam kepal tinju dari jutaan muslim di tanah ini
yang merayap menembus terik langit juga turun menerkam
tapi sekarang mereka sedang bertakbir dan bertahmid gemuruh
ketika kaki-kaki langit rontok bertebaran, bahwa:
- di serambi bumi ini kita sujud, hidup berjoang dan mati
Ka'bah takkan kita lemparkan berkeping-kepingan, dan terhampar
di bawah bekas-bekas balsem mayat stalin di mausoleum kremlin yang dikeluarkan
juga tidak kita rebah dan rentangkan di padang-padang praire grand canyon
di sini telah kita tegak dan 'kan rebah bersama lumut bumi
nangis dan tertawa dalam harapan dada yang dikembangkan
sekian abad, telah kita Nur-kan tanah ini
Tuhan melihat manusia, melihat kita, melihat bumi-Nya
karena itu sebelum terik kaki langit menjatuhkan apinya
muslim, rebahkan hatimu di bumi ini.
Jakarta, 15 Juni 1964
Sumber: Muara: lembaran sastra, seni dan budaya (28/06/1964)
Analisis Puisi:
Puisi "Rebahkan Hatimu di Bumi Ini" karya Indonesia O'Galelano adalah sebuah karya yang mempersembahkan penghormatan kepada tanah air dan sejarah yang telah dilewati.
Sentimen Nasionalisme: Puisi ini mencerminkan semangat nasionalisme yang kuat, di mana penulis menegaskan pentingnya menghargai dan mencintai tanah air. Penggunaan kata-kata seperti "sekian abad telah kita Nur-kan tanah ini" dan "bahwa bumi ini adalah bumi sujud, hidup dan mati kami" menunjukkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap bumi tempat kita tinggal.
Penghormatan Sejarah: Penyair menghormati perjalanan sejarah bangsa Indonesia dengan merujuk pada tokoh-tokoh pahlawan nasional seperti Hasanuddin, Diponegoro, Sudirman, dan Bung Karno. Mereka dianggap sebagai simbol perjuangan dan pengabdian yang harus diingat dan dijunjung tinggi oleh generasi penerus.
Simbolisme Agama: Puisi ini juga mempergunakan simbolisme agama, dengan mengaitkan kebesaran Tuhan dengan kejayaan dan keteguhan hati umat manusia. Penggunaan kata-kata seperti "Nur-kan tanah ini" dan "Tuhan masih kita tegakkan dalam kepal tinju dari jutaan muslim di tanah ini" menunjukkan keyakinan akan perlindungan dan bimbingan dari Sang Pencipta.
Keberanian dan Keteguhan: Penyair mengajak pembaca untuk tetap teguh dan berani dalam menghadapi cobaan dan tantangan. Meskipun langit mungkin runtuh dan teriknya sinar matahari melanda, umat diminta untuk tetap berjuang dan mempertahankan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Pemersatu Bangsa: Puisi ini juga berfungsi sebagai pemersatu bangsa, dengan menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam menghadapi segala rintangan. Umat diminta untuk "rebahkan hatimu di bumi ini", menegaskan bahwa hanya dengan bersatu kita dapat menghadapi segala tantangan.
Dengan demikian, puisi "Rebahkan Hatimu di Bumi Ini" adalah sebuah puisi yang menggambarkan semangat nasionalisme, keberanian, dan kesetiaan terhadap tanah air, serta penghormatan terhadap sejarah dan nilai-nilai agama.
Karya: Indonesia O'Galelano
Biodata Indonesia O'Galelano:
- Indonesia O'Galelano lahir pada tanggal 17 November 1940 di Galela, Halmahera, Maluku Utara.
- Indonesia O'Galelano meninggal dunia pada tanggal 1 Agustus 2012 di Depok, Jawa Barat.
- Indonesia O'Galelano adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.