Potret Diri
seekor burung gereja pada suatu senja
bertengger sepi pada atap rumah tua
mencitcit dalam sunyi. tak ada kata
yang tepat untuk dikatakan. maka ia
adalah lautan dalam yang tenang
gelombang tanpa gemuruh dan tersembunyi
di jantungnya. adalah ia ingin yang berkelana
kemana-mana. apabila tiba senja
ia adalah seekor burung gereja
bertengger sepi pada atap rumah tua
dan apabila malam tiba ia
mencari diri-wajahnya
di antara kabut berat rendah dan kemelut
yang menciptakan hayalan-hayalan
dan menawarkan janji-janji kegembiraan
begitulah ia pun surya kala pagi
dan siang! mengarungi langit dengan panas
amarah yang dimuntahkan dalam karya
— diludahinya nasib-buruk yang ganas!
namun tak lebih, ia seekor burung gereja
bertengger sepi pada atap rumah tua
pabila tiba senja
1965
Sumber: Horison (April, 1968)
Analisis Puisi:
Puisi "Potret Diri" karya Arifin C. Noer adalah suatu refleksi mendalam tentang eksistensi dan perjalanan hidup, yang disajikan melalui metafora seekor burung gereja. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan perjalanan spiritual dan pencarian identitas diri.
Metafora Seekor Burung Gereja: Puisi membuka dengan gambaran seekor burung gereja yang bertengger pada atap rumah tua pada senja. Burung gereja menjadi metafora untuk diri sendiri, menciptakan gambaran kehidupan yang penuh perjalanan dan pencarian makna. Burung gereja memiliki sifat yang bersifat tenang, gelombang dalam yang tersembunyi, dan berkelana, mencerminkan perjalanan eksistensial dan spiritual.
Lautan Dalam yang Tenang: Pada bagian tertentu, penyair menggambarkan burung gereja sebagai "lautan dalam yang tenang." Ini menciptakan citra ketenangan dan kedalaman dalam batin, menggambarkan bahwa dalam keheningan, ada kebijaksanaan dan keberanian untuk menjelajahi diri sendiri.
Pencarian Identitas dan Diri Sendiri: Puisi mengeksplorasi tema pencarian identitas diri dan makna hidup. Burung gereja mencari wajahnya di antara kabut berat, mencerminkan perjalanan untuk memahami dan menerima diri sendiri. Kabut dan kemelut menjadi simbol tantangan dan kebingungan dalam pencarian makna hidup.
Hayalan-Hayalan dan Janji-Janji Kegembiraan: Burung gereja menciptakan hayalan-hayalan dan menawarkan janji-janji kegembiraan dalam kemelut dan kabut. Ini mungkin mencerminkan impian dan harapan yang terjadi dalam perjalanan hidup, di mana keberanian untuk bermimpi menjadi bagian penting dari keberanian untuk hidup.
Surya Kala Pagi dan Siang: Penyair menyajikan dua wajah burung gereja: surya kala pagi dan siang. Ini menyoroti dualitas dalam diri manusia, di mana siang hari menggambarkan kehidupan yang berapi-api dan penuh amarah, sementara surya kala pagi menggambarkan awal yang baru dan harapan.
Mengarungi Langit dengan Panas Amarah: Puisi menciptakan gambaran burung gereja yang mengarungi langit dengan panas amarah, mengeluarkan kemarahan melalui karya. Ini dapat diartikan sebagai ungkapan emosi dan energi yang terlibat dalam mengekspresikan diri dan memberikan suara kepada nasib buruk dan penderitaan.
Penutup pada Senja: Puisi ditutup dengan gambaran burung gereja yang kembali bertengger pada atap rumah tua saat senja tiba. Senja mungkin menciptakan kesan kedamaian dan akhir dari sebuah perjalanan. Atap rumah tua bisa melambangkan kembali ke akar dan kesederhanaan.
Puisi "Potret Diri" adalah puisi introspektif yang menciptakan gambaran kehidupan sebagai perjalanan pencarian makna dan identitas diri. Arifin C. Noer berhasil menggambarkan kompleksitas eksistensi manusia melalui gambaran burung gereja yang melambangkan keberanian untuk menjelajahi diri sendiri, menghadapi tantangan, dan mengekspresikan diri dalam karya.
Karya: Arifin C. Noer
Biodata Arifin C. Noer:
- Arifin C. Noer (nama lengkapnya adalah Arifin Chairin Noer) lahir pada tanggal 10 Maret 1941 di kota Cirebon, Jawa Barat.
- Arifin C. Noer meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1995 di Jakarta.
- Arifin C. Noer adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.