Puisi: Matahari Sudah Tua (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Matahari Sudah Tua" karya Subagio Sastrowardoyo mengajukan pertanyaan mendalam tentang perubahan, eksistensi, dan akhir zaman melalui ...
Matahari Sudah Tua

Waktu langit mulai suram
Nelayan telah berhenti menjala
dan di pinggir kampong perempuan-perempuan
dengan bayi dipangku
bercerita tentang raja-raja yang tumbang
dan api gunung yang tidak menyala

Pengembara asing yang terdampar di pulau bertanya:
Dari mana kita berasal, ke mana bakal pergi ?

Matahari sudah tua
Apa yang terjadi
Jika ia tenggelam di laut
Dan tak terbit lagi?

Sumber: Keroncong Motinggo (1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Matahari Sudah Tua" karya Subagio Sastrowardoyo menghadirkan gambaran yang reflektif tentang kondisi manusia, perubahan, dan akhir zaman melalui lensa yang puitis dan simbolis. Dengan gaya sederhana namun mendalam, puisi ini menyampaikan pesan yang kuat tentang siklus kehidupan dan ketidakpastian masa depan. Subagio menggunakan citra matahari sebagai simbol sentral untuk menyampaikan tema-tema besar ini.

Gambaran Lingkungan dan Kehidupan Sehari-Hari

"Waktu langit mulai suram / Nelayan telah berhenti menjala / dan di pinggir kampong perempuan-perempuan / dengan bayi dipangku / bercerita tentang raja-raja yang tumbang / dan api gunung yang tidak menyala"

Di bagian awal puisi, Subagio menggambarkan suasana yang tenang dan hampir pudar, dengan nelayan yang berhenti bekerja dan perempuan yang berbicara tentang masa lalu. Citra ini menciptakan suasana nostalgia dan refleksi terhadap masa lalu yang mungkin tidak lagi relevan atau hilang. Ada rasa ketenangan di tengah perubahan yang mendalam, mencerminkan keterputusan antara masa lalu dan masa kini.

Pertanyaan Eksistensial dan Ketidakpastian

"Pengembara asing yang terdampar di pulau bertanya: / Dari mana kita berasal, ke mana bakal pergi?"

Kemunculan pengembara asing yang bertanya tentang asal-usul dan tujuan menunjukkan ketidakpastian eksistensial dan pencarian makna. Pertanyaan ini mencerminkan keraguan dan kebingungan manusia tentang eksistensi mereka dan arah hidup mereka. Pengembara ini berfungsi sebagai simbol dari manusia yang mencari jawaban dalam ketidakpastian yang melingkupi mereka.

Simbolisme Matahari

"Matahari sudah tua / Apa yang terjadi / Jika ia tenggelam di laut / Dan tak terbit lagi?"

Matahari dalam puisi ini menjadi simbol utama yang merepresentasikan kekuatan, kehidupan, dan perubahan. Dengan menyatakan bahwa "matahari sudah tua" dan mengajukan pertanyaan tentang kemungkinan tenggelam dan tidak terbitnya matahari lagi, Subagio mengeksplorasi tema akhir zaman dan kemungkinan kehampaan. Matahari yang tidak terbit lagi menggambarkan akhir dari siklus kehidupan dan kemungkinan kehilangan cahaya dan kehidupan.

Interpretasi dan Konteks

  • Kehidupan dan Perubahan: Puisi ini menggambarkan sebuah dunia yang mengalami perubahan besar. Dengan nelayan yang berhenti dan perempuan yang berbicara tentang masa lalu, Subagio menunjukkan bagaimana kehidupan sehari-hari bisa berubah seiring waktu. Hal ini juga mencerminkan ketidakmampuan manusia untuk mengendalikan atau memprediksi perubahan besar dalam kehidupan.
  • Pencarian Makna dan Eksistensi: Pertanyaan yang diajukan oleh pengembara asing menggarisbawahi pencarian makna dan eksistensi manusia. Ketidakpastian tentang asal-usul dan tujuan menunjukkan bahwa manusia seringkali merasa terasing dan mencari arti di tengah kekacauan dan ketidakpastian.
  • Simbol Matahari dan Akhir Zaman: Matahari yang tua menjadi simbol dari kekuatan yang memudar dan potensi akhir dari siklus kehidupan. Ketidakmampuan matahari untuk terbit lagi menyiratkan sebuah dunia tanpa arah dan kehilangan harapan. Ini juga bisa diartikan sebagai refleksi tentang potensi akhir dari zaman atau kehidupan, serta bagaimana manusia harus menghadapi kemungkinan tersebut.
Puisi "Matahari Sudah Tua" karya Subagio Sastrowardoyo mengajukan pertanyaan mendalam tentang perubahan, eksistensi, dan akhir zaman melalui simbolisme yang kuat dan refleksi yang puitis. Dengan menggambarkan suasana yang pudar dan ketidakpastian masa depan, Subagio mengundang pembaca untuk merenung tentang siklus kehidupan dan makna dari eksistensi mereka. Matahari sebagai simbol pusat menggarisbawahi tema-tema besar tentang perubahan dan kemungkinan akhir, menciptakan puisi yang penuh dengan kedalaman dan refleksi filosofis.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Matahari Sudah Tua
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.