Puisi: Matahari Pagi (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Matahari Pagi" karya Slamet Sukirnanto mengekspresikan pemikiran atau perasaan yang berbeda, bergantung pada bagaimana pembaca mengartikannya.
Matahari Pagi


Jangan berikan cahyamu
Mengindap benih tumbuh di halaman
Masuklah! Jendela terbuka
Dahaga! Tembuslah ruang kamar
Tembuslah! Kegelapan yang letih!


17 Februari 1972

Sumber: Horison (September, 1974)

Analisis Puisi:
Puisi "Matahari Pagi" karya Slamet Sukirnanto adalah karya sastra yang pendek namun penuh dengan makna. Puisi ini mengekspresikan pemikiran atau perasaan yang berbeda, bergantung pada bagaimana pembaca mengartikannya.

Kontras Antara Cahaya dan Kegelapan: Puisi ini memulai dengan permintaan untuk tidak memberikan "cahya" atau cahaya. Ini bisa diartikan sebagai tindakan melawan pagi yang cerah dan bersinar. Kemudian, pembaca dihadapkan pada gambaran "benih tumbuh di halaman," yang mungkin melambangkan kehidupan dan pertumbuhan yang dimungkinkan oleh matahari pagi.

Permintaan untuk Masuk: Kata "Masuklah!" mungkin mengisyaratkan seseorang yang merasa nyaman atau aman di dalam, dan tidak ingin terpengaruh oleh perubahan eksternal seperti matahari yang terbit. Ini bisa mencerminkan perasaan ingin tetap dalam "kegelapan yang letih" atau dalam kenyamanan saat sebelum matahari terbit.

Dahaga dan Penetrasi Ruang: Kata "Dahaga!" mungkin menggambarkan perasaan haus atau penantian yang lama untuk sesuatu yang diinginkan. Kata ini juga bisa diasosiasikan dengan hasrat, keinginan, atau semangat yang menyala-nyala. "Tembuslah ruang kamar" dan "tembuslah" mengundang pembaca untuk mengeksplorasi ruang dan mengatasi batasan yang ada.

Perasaan Terpapar: Puisi ini mungkin mencoba menggambarkan perasaan terpapar atau terbuka kepada pengalaman baru atau perubahan dalam hidup. Cahaya matahari pagi yang masuk ke dalam kamar dapat menggambarkan pengetahuan baru, pencerahan, atau perubahan yang sedang terjadi dalam kehidupan seseorang.

Puisi "Matahari Pagi" memanfaatkan kontras antara kegelapan dan cahaya serta penggunaan kata-kata yang kuat untuk menciptakan suasana dan makna yang dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara. Ini mungkin adalah perwakilan dari perasaan atau pemikiran yang rumit dalam diri pengarang atau karakter dalam puisi ini, dan memungkinkan ruang untuk interpretasi yang beragam oleh pembaca.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Matahari Pagi
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.