Kepada Seorang Algojo
masihkah tanganmu terpercik darah, saudara? duduklah
dan jangan gugup. iblis mana pula telah menundukkan
negri dalam nuranimu; alangkah kotornya baju dan celanamu.
ah, toh kami bukan lagi menjadi saudaramu
orang yang menusukkan fitnah dari samping, pandanglah kami
dan jangan gugup: kenapa mesti kaubunuh saudara-saudaramu sendiri yang terbaik;
pastilah tak putus-putusnya bermimpi buruk kau
sehabis pesta harum bunga, rapat-rapat gelap dan bisik-bisik rahasia
sudahlah, Tuhan kami telah kautikam dan kaubakar
dan negeri perkasa dalam nuranimu runtuhlah pelahan-lahan
kau pun bergelandangan, buruan dirimu sendiri
tanpa kerabat, toh kami bukan lagi saudaramu
Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Seorang Algojo" karya Sapardi Djoko Damono menggali tema-tema seperti kekerasan, pengkhianatan, penyesalan, dan pertanyaan moral tentang tindakan algojo atau eksekutor.
- Kekejaman dan Penyesalan: Penyair menyoroti kontradiksi moral di dalam diri algojo yang terlibat dalam tindakan eksekusi. Tema ini diperkuat dengan bahasa yang kuat dan deskripsi yang memprovokasi.
- Pengkhianatan dan Kebencian: Ada nuansa pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, di mana algojo dihadapkan pada refleksi tentang tindakannya yang melibatkan pembunuhan saudara sendiri.
- Ketidakpastian dan Kesendirian: Algojo digambarkan dalam keadaan kesendirian, kehilangan kerabat atau dukungan sosial, mencerminkan isolasi emosional dan spiritual.
Struktur dan Gaya Bahasa
- Gaya Naratif: Puisi ini menggunakan gaya naratif yang kuat dengan penekanan pada interaksi langsung dengan pembaca, mengundang refleksi dan penilaian moral.
- Bahasa Provokatif: Bahasa yang digunakan Sapardi Djoko Damono cenderung provokatif dan emosional, membangkitkan pertanyaan moral yang dalam.
Puisi ini bukan hanya sekedar kritik terhadap tindakan algojo, tetapi juga refleksi tentang kekerasan dalam masyarakat dan dampaknya terhadap moral individu. Dengan memanfaatkan metafora dan imaji yang kuat, penyair menggambarkan konflik internal dan pertanyaan eksistensial yang dihadapi oleh algojo.
Puisi "Kepada Seorang Algojo" karya Sapardi Djoko Damono menghadirkan pembaca pada sebuah perjalanan emosional dan intelektual yang menantang, menyoroti kompleksitas kehidupan moral dan kemanusiaan. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan struktur naratif yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan implikasi dari tindakan ekstrem dalam konteks sosial dan moral yang lebih luas.
Karya: Sapardi Djoko Damono
Biodata Sapardi Djoko Damono:
- Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
- Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
