Puisi: Kematian Sang Juragan (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi: Kematian Sang Juragan Karya: Goenawan Mohamad
Kematian Sang Juragan


Langit kering
bila aku mati

Angin asing
bila aku mati

(Sabit jatuh pada debu
Langkah jatuh pada debu
Darah terhenti pada debu
Tubuh rubuh pada debu

Pada jam 1, lewat tengah hari)

(Pada jam 3 awal sore hari
orang merias keranda dengan melati
Tapi ajal masih juga tak memenuhi janji,
ia menambatkan kudanya di kedai kopi.
"Selamat pagi", katanya,
berseloroh dengan para petani)

Fajar tak nyingsing
bila aku mati

Bukit terguling
bila aku mati

(Sinar kucut pada batu
Awan keruh pada batu
Perempuan nangis pada batu:
"Kenapa ia mengutuk begitu"

Hanya laknat yang tahu)

(Pada jam 4 menurut matahari
para petani berangkat lagi
Tapi ajal tak juga pergi.
"Kau masih di sini". sapa tukang kopi
Tamunya hanya menyeringai. Menanti)

Kenapa menanti
bila aku mati

Bukankah tanah berpadi
bila aku mati?

(Kini ajal tak lagi menunggu
Ia mendengar keluhan itu
Sumur pun merdu seperti dulu
Alir lalu seperti dulu)

("Aku tiba", kata ajal membuka kitabnya
ketika ia sampai di beranda.
Sementara yang hadir menatapnya,
"uh!", ia mencoret sebuah nama, lalu
mengusap wajah di tepi keranda
yang telah lega, telah lega)

Pasir berperigi
bila aku mati

Pasir berperigi...



1973

Sumber: Horison (November, 1973)


Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Kematian Sang Juragan
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.