Sonet:
Hei! Jangan Kaupatahkan
Hei! Jangan kaupatahkan kuntum bunga itu
ia sedang mengembang; bergoyang-goyang dahan-dahannya yang tua
yang telah mengenal baik, kau tahu,
segala perubahan cuaca.
Bayangkan: akar-akar yang sabar menyusup dan menjalar
hujan pun turun setiap bumi hampir hangus terbakar
dan mekarlah bunga itu perlahan-lahan
dengan gaib, dari rahim Alam.
Jangan; saksikan saja dengan teliti
bagaimana matahari memulasnya warna-warni, sambil diam-diam
membunuhnya dengan hati-hati sekali
dalam Kasih-sayang, dalam rindu-dendam Alam;
lihat: ia pun terkulai perlahan-lahan
dengan indah sekali, tanpa satu keluhan
1967
Analisis Puisi:
Puisi "Hei! Jangan Kaupatahkan" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan sebuah gambaran tentang siklus alam dan keindahan yang sementara dari bunga yang sedang mekar.
Perumpamaan tentang Kehidupan: Penyair menggunakan gambaran bunga yang sedang mekar sebagai perumpamaan tentang kehidupan manusia. Seperti bunga yang sedang mengembang, manusia juga mengalami fase-fase perkembangan yang beragam, termasuk kesenangan, kebahagiaan, dan puncak kehidupan.
Kehidupan dan Perubahan Alam: Puisi ini menyoroti hubungan erat antara kehidupan manusia dengan siklus alam. Akar-akar yang sabar menyusup dan menjalar melambangkan kekuatan alam yang terus berlangsung dan menghidupkan segala sesuatu. Hujan yang turun adalah simbol penyegaran dan pembaharuan, mirip dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan manusia.
Keindahan yang Sementara: Penyair menggambarkan keindahan bunga yang sementara, yang akhirnya layu dan mati. Ini merupakan analogi bagi keindahan dan kenikmatan dalam kehidupan manusia yang juga bersifat sementara. Matahari yang memulas warna-warni bunga juga mencerminkan betapa kehidupan dapat memberikan keindahan sekaligus menentukan nasibnya.
Peringatan untuk Menyaksikan dan Menghargai: Puisi ini juga mengajak pembaca untuk menyaksikan dengan teliti keindahan dan keunikan setiap momen dalam kehidupan, meskipun sementara. Ini merupakan pengingat akan pentingnya menghargai setiap momen yang kita miliki, karena seperti bunga yang layu, kehidupan kita juga akan berakhir tanpa satu keluhan.
Puisi "Hei! Jangan Kaupatahkan" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah perenungan tentang siklus kehidupan dan keindahan yang sementara. Melalui gambaran bunga yang sedang mekar, penyair mengajak pembaca untuk menghargai setiap momen dalam kehidupan dan menyadari bahwa semua hal bersifat sementara dan akan berakhir suatu saat.
Karya: Sapardi Djoko Damono
Biodata Sapardi Djoko Damono:
- Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
- Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.