Doa Sekelompok Orang yang Bingung
(sebuah fragmen)
kalau kami memandang lewat jendela terbuka
kami tahu apa yang tengah terjadi luar sana
tahu apakah debu masih mengepul di jalan raya
kalau kami memandang lewat pintu yang kami buka
kami tahu bahwa apa yang berlangsung di luar masih sama
dengan kemarin, lusa atau bahkan kapan saja
tahu bahwa apa yang berlangsung adalah gambar sewarna
seperti yang sering kami saksikan dalam jiwa kami sendiri
kalau kami memandang lewat genting kaca
kami tahu bahwa matahari yang menyala waktu siang
hampir sama dengan rembulan yang tengah malam kesepian
kalau kami menunduk dan tak memandang ke manapun
kami pun masih bisa mendengar suara-suara ajaib
masih bisa tahu suara segala penjuru semesta
bisa tahu suasana dan cuaca hari-hari yang tiba
gelap yang dengan gaib berpusing dalam cahaya
tuhan, ampunilah hambamu ini
orang-orang yang mengerti, mendengar dan menyaksikan segalanya
tapi tak kuasa untuk tahu kehendakmu
asing dalam teduh lindungan dan kekuasaanmu
bebaskan kami dari pandangan yang picik
dari rasa ingin tahu yang dangkal
tentang dirimu beserta segala sifat-sifatmu yang agung
yang luput dan raih indera kami yang sederhana ini
tuhan, ampunilah hambamu ini
gagalkan segala niat kami untuk mencoba mengerti
sampai berapa jauh kuasa negrimu yang suci
ampunilah, wahai, ampunilah hambamu ini
sekelompok ummat malang yang pernah menurutkan arah-angin
yang pernah sia-sia mencari tanah-air cahaya
ampunilah hambamu ini
orang-orang malang yang selama ini buta, bisu dan tuli
terhadap suara serta niatmu
terhadap pesan dan harapan
yang disampaikan oleh nabi-nabimu
Analisis Puisi:
Puisi "Doa Sekelompok Orang yang Bingung" karya Sapardi Djoko Damono merupakan sebuah karya yang mendalam dan penuh refleksi mengenai pencarian makna dan pemahaman dalam hidup. Dengan gaya bahasa yang khas dan nuansa spiritual yang kuat, puisi ini menggambarkan kerumitan manusia dalam mencoba memahami kehendak Tuhan dan menjalani kehidupan yang sering kali membingungkan. Melalui penggunaan metafora dan imaji yang tajam, Sapardi mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keterbatasan manusia dalam memahami kekuatan yang lebih besar dan meresapi permohonan spiritual yang tulus.
Tema
- Ketidakmampuan Memahami Realitas: Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang bagaimana sekelompok orang mengamati dunia melalui berbagai jendela dan pintu. Meskipun mereka memiliki kemampuan untuk melihat dan mendengar, mereka tetap merasa tidak mampu memahami sepenuhnya apa yang terjadi di luar dan dalam diri mereka sendiri. Ini mencerminkan tema ketidakmampuan manusia untuk benar-benar memahami dan menguasai realitas yang lebih besar, serta perasaan kebingungan yang sering menyertai usaha tersebut.
- Kesamaan dan Perbedaan dalam Pengalaman: Sapardi menggambarkan bagaimana pandangan dari berbagai sudut—lewat jendela, pintu, atau genting kaca—menunjukkan bahwa dunia luar tampaknya tetap sama dengan apa yang mereka saksikan dalam jiwa mereka sendiri. Kesamaan ini menunjukkan bahwa meskipun manusia memiliki berbagai perspektif, pengalaman mereka sering kali saling berkaitan dan tidak jauh berbeda dari apa yang mereka rasakan dalam diri mereka sendiri. Ini menciptakan rasa kesadaran bahwa realitas luar dan dalam sering kali saling berhubungan.
- Keterbatasan Pemahaman dan Kebutuhan Spiritual: Dalam bagian puisi yang lebih reflektif, pembaca diajak untuk merenungkan tentang bagaimana sekelompok orang yang memahami banyak hal masih merasa bingung dan tidak mampu memahami kehendak Tuhan. Mereka menyadari keterbatasan indera mereka dan kesulitan dalam menggapai pemahaman yang lebih dalam tentang sifat-sifat Tuhan. Ini menunjukkan tema pencarian spiritual dan permohonan untuk memahami kekuasaan Tuhan yang agung, meskipun manusia sering kali merasa tidak memadai untuk meraihnya.
Gaya Bahasa dan Teknik
- Metafora dan Imaji: Sapardi Djoko Damono menggunakan metafora seperti "jendela terbuka," "pintu yang kami buka," dan "genting kaca" untuk menggambarkan cara-cara manusia melihat dan memahami dunia. Metafora ini menciptakan gambaran visual yang kuat dan membantu menyampaikan tema ketidakmampuan untuk memahami realitas dengan sepenuhnya. Imaji dari matahari dan rembulan yang disandingkan juga menambah dimensi simbolis pada puisi, menyoroti perbedaan dan kesamaan dalam pengalaman manusia.
- Permohonan Spiritual dan Refleksi: Bahasa yang digunakan dalam permohonan kepada Tuhan mencerminkan keputusasaan dan keinginan untuk mendapatkan ampunan dan pemahaman. Kata-kata seperti "ampunilah hambamu ini" dan "gagalkan segala niat kami untuk mencoba mengerti" menunjukkan sikap yang tulus dan penuh rasa hormat. Ini menciptakan nuansa spiritual yang mendalam dan mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan kekuatan yang lebih besar.
- Kesederhanaan dan Kedalaman: Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh makna. Kesederhanaan dalam pilihan kata memungkinkan pesan-pesan spiritual dan reflektif untuk tersampaikan dengan jelas dan mendalam. Pendekatan ini memberikan ruang bagi pembaca untuk merenungkan dan meresapi makna puisi tanpa merasa terbebani oleh kompleksitas bahasa.
Makna dan Refleksi
- Pencarian Makna dan Pemahaman: Puisi ini adalah refleksi tentang usaha manusia untuk memahami kehidupan dan kekuatan yang lebih besar. Meskipun manusia memiliki banyak pengetahuan dan kemampuan untuk mengamati, mereka sering kali merasa tidak mampu memahami sepenuhnya kehendak Tuhan dan realitas yang lebih dalam. Ini menggambarkan kesadaran akan keterbatasan manusia dan kebutuhan untuk mencari pemahaman yang lebih dalam.
- Permohonan untuk Pengampunan dan Pencerahan: Permohonan yang diungkapkan dalam puisi menunjukkan keinginan mendalam untuk mendapatkan ampunan dan pencerahan dari Tuhan. Ini mencerminkan perasaan keputusasaan dan kerendahan hati dalam menghadapi keterbatasan pemahaman manusia. Dengan mengakui keterbatasan mereka, sekelompok orang ini menunjukkan sikap spiritual yang tulus dan penuh rasa hormat.
- Keterhubungan dengan Kekuatan yang Lebih Besar: Dengan menggambarkan proses pencarian dan permohonan, puisi ini juga menunjukkan keterhubungan antara manusia dan kekuatan yang lebih besar. Ini adalah pengingat bahwa meskipun manusia mungkin merasa bingung dan tidak memadai, mereka tetap memiliki hubungan yang dalam dan spiritual dengan Tuhan yang memerlukan rasa hormat dan pengertian.
Puisi "Doa Sekelompok Orang yang Bingung" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif, mengeksplorasi tema pencarian makna dan pemahaman dalam konteks spiritual. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun mendalam, serta penggunaan metafora dan imaji yang kuat, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang keterbatasan manusia dalam memahami kekuatan yang lebih besar dan mencari pencerahan dalam permohonan spiritual. Ini adalah karya yang menggugah dan penuh makna, memberikan pandangan yang dalam tentang usaha manusia untuk memahami kehidupan dan hubungan mereka dengan kekuatan yang lebih besar.
Karya: Sapardi Djoko Damono
Biodata Sapardi Djoko Damono:
- Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
- Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.