Puisi: Di Sebuah Ladang (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Di Sebuah Ladang" karya Goenawan Mohamad menggambarkan momen ketika seorang malaikat yang tidak memiliki nama mendarat di sebuah ladang dan ...
Di Sebuah Ladang


Malaikat yang belum bernama
menghempaskan sayapnya yang berat
ke ladang itu.

Sedetik kemudian sunyi jadi besi.

Tapi dua teriak anak
menembusnya –
tujuh kitiran kertas berjatuhan dari bendul jendela,
mungkin tanda yang mereka pasang
untuk ibu yang tak pulang setahun lalu
lari dari malam yang tuli,
sunyi yang besi, hitam yang rata,
di atas dusun –


Berikan kembali
kitiran kami.
Berikan kembali
kitiran kami.

Kulihat malaikat itu menutup matanya.

Ayo, nak, teriak lagi, kataku.

Tapi mereka diam.

Tak ada tampaknya yang bisa meminta malaikat itu terbang lagi.
Kulihat ia bertumpu pada pohon jati yang kini hangus.
Hanya bibirnya yang tebal itu bergerak.
"Namaku Nasib," (aku kira itulah yang dikatakannya)
"tapi aku tak mau kau
memanggilku."


2018

Analisis Puisi:
Puisi "Di Sebuah Ladang" karya Goenawan Mohamad adalah sebuah karya yang penuh dengan citra dan simbolisme yang mendalam. Puisi ini menggambarkan momen ketika seorang malaikat yang tidak memiliki nama mendarat di sebuah ladang dan berinteraksi dengan dua anak yang merindukan ibu mereka yang telah pergi.

Malaikat yang Tidak Bernama: Malaikat yang mendarat di ladang adalah salah satu elemen sentral dalam puisi ini. Malaikat ini mewakili kehadiran gaib atau roh yang datang ke dunia manusia. Kehadirannya menggambarkan momen khusus dan tidak biasa.

Citralah Ladang: Ladang dalam puisi ini dapat dianggap sebagai representasi dari dunia nyata atau kenyataan manusia. Malaikat yang mendarat di ladang ini mengubah suasana menjadi "sunyi yang jadi besi," yang mungkin mencerminkan ketidakpastian atau perubahan dalam kehidupan manusia.

Kitiran Kertas: Kitiran kertas yang jatuh dari jendela adalah simbol dari pesan yang tidak terkirim atau komunikasi yang terputus. Mereka mewakili kerinduan anak-anak terhadap ibu mereka yang telah pergi dan tidak kembali.

Nasib yang Tak Mau Diberi Nama: Ketika malaikat berbicara, ia mengatakan namanya adalah "Nasib," tetapi ia menolak untuk dipanggil dengan nama itu. Ini mungkin mencerminkan bahwa nasib atau keadaan hidup manusia seringkali sulit dipahami atau diterima.

Pesimisme dan Ketidakpastian: Puisi ini menciptakan perasaan pesimisme dan ketidakpastian. Meskipun anak-anak berusaha meminta kembali kitiran kertas mereka, mereka diam dan tampaknya tidak mampu meminta malaikat untuk membantu. Ini mungkin mencerminkan perasaan ketidakberdayaan atau kehilangan.

Penutup yang Misterius: Puisi ini ditutup dengan kata-kata "Namaku Nasib," yang menghadirkan rasa misteri dan pertanyaan tentang makna sebenarnya dari nasib atau kehidupan manusia. Ini meninggalkan pembaca dengan perasaan ketidakpastian dan refleksi.

Secara keseluruhan, puisi "Di Sebuah Ladang" adalah karya yang penuh dengan makna tersembunyi dan mendalam. Puisi ini menggambarkan momen pertemuan antara dunia gaib dan dunia manusia, serta perasaan kerinduan dan ketidakpastian dalam kehidupan manusia.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Di Sebuah Ladang
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.