Analisis Puisi:
Puisi "Di Luar Jendela" karya Gunoto Saparie terdiri dari dua bagian yang memadukan suasana alam dengan perasaan manusia yang mendalam. Melalui deskripsi yang puitis dan simbolis, puisi ini menggambarkan suasana hati yang penuh dengan kerinduan, kesepian, dan melankolia.
Di Luar Jendela (1)
Bagian pertama puisi ini membuka dengan gambaran suasana malam yang penuh misteri dan ketidakpastian:
"di luar jendela angin pun gemetaran
lampu padam: kaukah yang melintas
menyeberang kabut turun pelahan?
di luar jendela ada sepotong bulan pias"
Suasana Malam dan Misteri
- Angin gemetaran: Ini menggambarkan suasana malam yang dingin dan penuh ketidakpastian. Penggunaan kata "gemetaran" memberi kesan kerapuhan dan ketakutan.
- Lampu padam: Kegelapan menambah unsur misteri, seakan ada sesuatu atau seseorang yang tak terlihat.
- Kaukah yang melintas: Pertanyaan ini menambah kesan misterius, seakan-akan ada kehadiran yang tidak jelas namun dirasakan oleh penyair.
- Kabut turun pelahan: Kabut melambangkan keraguan dan ketidakjelasan.
- Sepotong bulan pias: Bulan yang pias atau pucat menggambarkan suasana yang suram dan melankolis.
Di Luar Jendela (2)
Bagian kedua melanjutkan tema suasana malam namun dengan tambahan elemen hujan dan kesendirian yang mendalam:
"di luar jendela ada dedaunan risik
ketika malam gerimis pun susut
riwis menderai mengabut
ketika angin dingin lewat berbisik"
Suara Alam dan Kesunyian
- Dedaunan risik: Suara daun yang bergesekan menambah kesan tenang dan sunyi.
- Malam gerimis: Gerimis memberikan nuansa kesedihan dan introspeksi.
- Riwis menderai mengabut: Hujan yang menderai menambah kesan dingin dan kesendirian.
- Angin dingin berbisik: Angin berbisik memberikan rasa kesendirian yang lebih dalam.
"di luar jendela ada bayang pepohonan
jatuh di bumi basah dan jelaga
ketika aku merasa sendiri kesunyian
termangu sangsai dalam duka"
Bayangan dan Kesendirian
- Bayang pepohonan: Bayangan pepohonan di tanah basah dan jelaga menggambarkan suasana yang gelap dan penuh kesedihan.
- Merasa sendiri kesunyian: Penyair merasakan kesendirian yang mendalam.
- Termangu sangsai dalam duka: Gambaran penyair yang terdiam dan merenung dalam kesedihan.
"di luar jendela ada wajah itu
pias didera hujan tak juga berhenti
bagaikan senandung ninabobo bayi
tembang abadi dari masa lalu"
Wajah Masa Lalu
- Wajah itu: Mungkin wajah seseorang yang dikenang atau dirindukan.
- Pias didera hujan: Wajah yang pias karena hujan yang tak berhenti menggambarkan kesedihan yang terus menerus.
- Senandung ninabobo bayi: Suara hujan seperti lagu pengantar tidur yang menenangkan namun penuh dengan melankolia.
- Tembang abadi dari masa lalu: Kenangan dari masa lalu yang terus hidup dalam ingatan.
Puisi "Di Luar Jendela" karya Gunoto Saparie menggunakan elemen-elemen alam untuk menggambarkan suasana hati yang penuh dengan kerinduan, kesepian, dan kesedihan. Penggunaan deskripsi yang detail dan simbolis memperkuat suasana melankolis yang dirasakan oleh penyair. Bagian pertama mengatur suasana misterius dan suram, sementara bagian kedua mendalami kesendirian dan kenangan masa lalu. Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk merasakan dan merenungkan perasaan mendalam yang mungkin dialami oleh penyair.
Karya: Gunoto Saparie
BIODATA GUNOTO SAPARIE
Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.
Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004). Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.
Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain. Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.
Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta).
Kini ia masih aktif menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Info Koperasi (Kendal), Majalah Justice News (Semarang), dan Majalah Opini Publik (Blora).
Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.
Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Jakarta dan Nairobi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah. Selain itu, di tengah kesibukannya menulis, ia kadang diundang untuk membaca puisi, menjadi juri lomba kesenian, pemakalah atau pembicara pada berbagai forum kesastraan dan kebahasaan, dan mengikuti sejumlah pertemuan sastrawan di Indonesia dan luar negeri.