Puisi: Di Atas Geladak K.M. Bukit Barisan (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Di Atas Geladak K.M. Bukit Barisan" karya Slamet Sukirnanto membawa pembaca dalam perjalanan cinta yang penuh perasaan dan nuansa keindahan ...
Di Atas Geladak K.M. Bukit Barisan


Laut dalam matanya
Sebelum naik pelaminan
Menuju Sorga.

Menatap biru Selat Malaka
Tak kutahu berapa dalamnya
Tenang abadi sebuah kisah di dasarnya
Begitulah kasihku hati kita!

21 tahun menginjak usiamu
Di sini, kesempatan membicarakannya
Berhadapan, bayangan ketakutan
Setengah dari ketakutan cinta.

Berbulan dan bertahun berkelana
Warna-warni awan, sementara pantai
Menemukan apa yang dicari
Sebelum tidur dan tidur kekasihku.

Camar-laut dua-dua menuju barat
Mengejar cahya, surya berangkat
Menyusup antara langit dan selat
Dua-dua tanpa istirah dan istirah.

Takut tidak, bila langit gugur
Beterjunan cahya, memuncak membakar
Laut menggelora, menggetarkan hati
Tuhan: jangan dibaringkan sepi, di sini, sepi.

Perjalanan ini tentu sampai pantainya
Di belakang kita, pelabuhan, melambai gairah
Apa yang terindah dari cinta, cemas dan gelisah?
Kalau sampai Sorga.


1967

Sumber: Horison (September, 1969)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Atas Geladak K.M. Bukit Barisan" karya Slamet Sukirnanto membawa pembaca dalam perjalanan cinta yang penuh perasaan dan nuansa keindahan alam. Melalui deskripsi laut, perjalanan, dan penggambaran langit, puisi ini menggambarkan kompleksitas hubungan dan perjalanan hidup.

Metafora Laut dan Perjalanan Hidup: Puisi dimulai dengan metafora yang kuat, "Laut dalam matanya," yang merujuk pada kompleksitas perasaan dan kedalaman hubungan. Laut digambarkan sebagai simbol keindahan dan misteri, menciptakan atmosfer yang melibatkan pembaca pada perjalanan emosional.

Perjalanan dan Pencarian Hati: Penyair mengekspresikan perjalanan hidup dan pencarian makna melalui metafora perjalanan di atas K.M. Bukit Barisan. Perjalanan fisik di laut mencerminkan perjalanan batin menuju pemahaman diri dan arti cinta. Pantai dan tidur kekasih menciptakan gambaran tentang pencapaian dan ketenangan setelah perjalanan.

Waktu dan Pengalaman Cinta: Penyair menyoroti waktu melalui penggambaran usia, "21 tahun menginjak usiamu." Perjalanan waktu ini menjadi landasan untuk membicarakan perasaan dan pengalaman cinta. Ketakutan dan cinta digambarkan sebagai dua sisi dari perasaan yang kompleks.

Penggambaran Alam dan Keindahan Langit: Deskripsi awan dan pantai menciptakan gambaran alam yang indah. Awan yang berwarna-warni dan pantai yang menenangkan menjadi latar belakang untuk perasaan cinta. Langit yang digambarkan saat matahari terbenam dan terbit menciptakan suasana romantis dan penuh harapan.

Permohonan Kepada Tuhan: Puisi berakhir dengan permohonan kepada Tuhan untuk menjaga hubungan tersebut. Penyair menyatakan ketidakpastian terhadap masa depan, terutama ketika menghadapi kegelisahan dan cemas. Permohonan ini menciptakan dimensi spiritual dan keabadian cinta.

Puisi ini adalah perpaduan indah antara perasaan cinta, pengalaman hidup, dan keindahan alam. Slamet Sukirnanto berhasil menciptakan suasana yang mendalam dan emosional, menggambarkan perjalanan hidup dan cinta dengan menggunakan metafora laut dan perjalanan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang keindahan kompleksitas hubungan dan perjalanan hidup yang dihadapi bersama.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Di Atas Geladak K.M. Bukit Barisan
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.