Cerita Anak Ayam
Seekor anak ayam menciap-ciap di jalan kecil itu;
dimana induknya, tanyamu. Aku pun tentu saja tak tahu.
Barangkali ia adalah anak ayam kita
yang menetas minggu yang lalu, lihatlah bulu-bulunya yang putih;
betapa gugupnya, menciap-ciap ke sana-ke mari,
terlepas dari Kasih-sayang, tak tahu kemana mesti pergi.
Ia lari kalau kaudekati
sebab tak mengerti arti kata-katamu,
induknya pastilah sedang mencari makan
mengais sumpah bersama anak-anaknya yang lain;
kasihan anak ayam itu, katamu, bingung terpisah sendiri di situ.
Tapi barangkali ia anak ajam yang nakal
yang manja dan biasa mengganggu saudara-saudaranya,
lalu dipatuk induknya dan diasingkan supaya jera.
Jangan termenung, barangkali kita pun anak-anak ayam
yang jahat, diasingkan dan terpisah dan Induk kita;
tapi apakah kita pernah jera, tanyamu.
Aku diam. Panas benar hari ini!
Analisis Puisi:
Puisi "Cerita Anak Ayam" karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan sebuah gambaran yang sederhana namun dalam tentang kehidupan anak ayam yang tersesat. Puisi ini tidak hanya menggambarkan sebuah adegan kehidupan hewan, tetapi juga menyiratkan refleksi mendalam tentang eksistensi manusia.
Tema Kehidupan dan Kesendirian
Puisi ini menggambarkan anak ayam yang tersesat di jalan kecil tanpa induknya. Gambaran ini menciptakan perasaan kesendirian yang kuat, di mana anak ayam mencari-cari keberadaan induknya tanpa hasil. Hal ini merujuk pada tema kesendirian dan ketidakpastian dalam kehidupan manusia, di mana kadang-kadang kita merasa tersesat dan tidak memiliki arah yang jelas.
Refleksi tentang Manusia
Dalam puisi ini, terdapat refleksi yang mendalam tentang keberadaan manusia. Puisi menyarankan bahwa kita sebagai manusia juga dapat merasa seperti anak ayam yang tersesat, terpisah dari "induk" kita, entah itu figur yang melambangkan kedekatan atau arahan dalam kehidupan. Hal ini menyoroti kerentanan kita sebagai individu dalam mencari makna dan arah hidup.
Penggunaan Bahasa yang Sederhana Namun Padat Makna
Sapardi Djoko Damono menggunakan bahasa yang sederhana namun padat makna dalam puisi ini. Penggambaran tentang anak ayam yang "menciap-ciap di jalan kecil itu" memberikan kesan realistis dan membangkitkan empati terhadap keadaan anak ayam tersebut. Bahasa yang digunakan juga mengundang refleksi tentang hubungan antara manusia dan alam, serta eksistensi dalam kehidupan sehari-hari.
Kritik Sosial Tersembunyi
Puisi ini juga dapat dipahami sebagai kritik sosial terhadap ketidaktahuan dan ketidakpedulian manusia terhadap sesama atau lingkungan sekitar. Ketika anak ayam itu lari jika didekati, hal ini menggambarkan ketakutan dan ketidaktahuan akan makna kata-kata manusia, seraya menunjukkan betapa kita sering kali tidak memahami atau peduli terhadap kebutuhan atau perasaan makhluk lain.
Puisi "Cerita Anak Ayam" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang sederhana namun memuat refleksi mendalam tentang kehidupan, kesendirian, dan refleksi terhadap manusia. Dengan bahasa yang indah dan gambaran yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti keberadaan dan hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya.
Karya: Sapardi Djoko Damono
Biodata Sapardi Djoko Damono:
- Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
- Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.