Puisi: Bukalah Kamar (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Bukalah Kamar" karya Subagio Sastrowardoyo mengeksplorasi tema kerinduan, kecemasan terhadap ketidakpastian, dan pencarian jati diri di ...
Bukalah Kamar

Kalau aku kembali ke kamarmu — mencumbu,
adalah karena aku rindu kepastian-kepastian.
Pernahkah kau merasakan keinginan
untuk menggosokkan tubuh ke bumi
dan menciumnya lagi dan lagi?
Sebab tinggal hanya pasir ini dan pohon
dan perempuan (yang di ranjang menanti)
jang mengandung kepastian-kepastian.
Keadaan jagat makin gawat:
Kau dengar semalam geretak gugusan bintang
bertabrakan? Itu
adalah tanda permulaan kehancuran.
Bukalah kamar dan
jangan aku tolak!
Aduh, dan beri aku kepastian-kepastian.

1964

Sumber: Horison (Januari, 1969)

Analisis Puisi:

Puisi "Bukalah Kamar" karya Subagio Sastrowardoyo mengungkapkan perasaan mendalam tentang kebutuhan akan kepastian dan rasa keterasingan yang dialami oleh penulis. Dengan penggunaan bahasa yang emosional dan metaforis, puisi ini mengeksplorasi tema kerinduan, kecemasan terhadap ketidakpastian, dan pencarian jati diri di tengah kekacauan.

Struktur dan Tema

Puisi ini terdiri dari satu bait yang menggabungkan refleksi pribadi dengan gambaran kosmik, menciptakan kontras antara dunia intim dan makrokosmos. Subagio Sastrowardoyo menggunakan metafora dan simbolisme untuk menyampaikan pesan tentang kebutuhan akan kepastian di tengah ketidakpastian dunia.

Kebutuhan akan Kepastian

"Kalau aku kembali ke kamarmu — mencumbu, / adalah karena aku rindu kepastian-kepastian."

Baris ini membuka puisi dengan pernyataan yang mengungkapkan bahwa keinginan untuk kembali ke ruang pribadi dan intim ("kamarmu") adalah akibat dari kerinduan akan "kepastian-kepastian." Kamar di sini menjadi simbol dari tempat yang aman dan penuh kepastian dalam kehidupan yang penuh ketidakpastian.

Keinginan untuk Koneksi dengan Alam

"Pernahkah kau merasakan keinginan / untuk menggosokkan tubuh ke bumi / dan menciumnya lagi dan lagi?"

Penulis mengajukan pertanyaan retoris yang menggambarkan keinginan mendalam untuk terhubung dengan bumi secara fisik dan spiritual. Ini mencerminkan kerinduan untuk kembali ke hal-hal yang sederhana dan mendasar sebagai bentuk pencarian kepastian.

Kekacauan dan Ketidakpastian Dunia

"Sebab tinggal hanya pasir ini dan pohon / dan perempuan (yang di ranjang menanti) / jang mengandung kepastian-kepastian."

Dengan menyebut "pasir" dan "pohon," puisi ini menunjukkan bahwa hanya ada unsur-unsur alam yang tampak abadi dan sederhana. Sementara itu, perempuan di ranjang melambangkan keinginan akan kepastian dan kedekatan, meskipun dalam keadaan yang tampaknya tidak pasti.

Kecemasan Kosmik

"Keadaan jagat makin gawat: / Kau dengar semalam geretak gugusan bintang / bertabrakan? Itu / adalah tanda permulaan kehancuran."

Penulis kemudian memperluas kecemasan pribadi ke skala kosmik dengan menggambarkan kehancuran bintang sebagai simbol dari kehancuran yang lebih besar. Ini mencerminkan kekhawatiran tentang masa depan dan perubahan yang mengancam.

Pencarian Kepastian di Tengah Kekacauan

"Bukalah kamar dan / jangan aku tolak! / Aduh, dan beri aku kepastian-kepastian."

Baris terakhir merupakan permohonan mendalam untuk kepastian di tengah kekacauan. Penulis meminta agar "kamar" dibuka sebagai simbol dari tempat perlindungan dan kepastian yang diidamkan, dengan harapan agar keinginan tersebut tidak ditolak.

Interpretasi

Puisi "Bukalah Kamar" mengeksplorasi perasaan ketidakpastian dan kerinduan akan kepastian dalam kehidupan yang semakin kacau. Dengan menggunakan metafora dan simbolisme, Subagio Sastrowardoyo menciptakan sebuah gambaran tentang bagaimana individu merasa terasing dan cemas di tengah perubahan dan kekacauan dunia.

Kamar, dalam puisi ini, melambangkan tempat yang aman dan penuh kepastian yang sangat dicari oleh penulis. Keinginan untuk terhubung kembali dengan bumi dan alam, serta kecemasan kosmik, mencerminkan perasaan mendalam tentang kebutuhan untuk menemukan kestabilan di tengah ketidakpastian.

Dengan pendekatan yang reflektif dan emosional, puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan pencarian pribadi mereka akan kepastian dan keamanan dalam dunia yang sering kali terasa tidak stabil dan kacau. "Bukalah Kamar" adalah sebuah eksplorasi tentang kebutuhan manusia akan kepastian dan keinginan untuk menemukan tempat yang aman di tengah ketidakpastian global dan pribadi.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Bukalah Kamar
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.