Bayangan Kata (1)
bayangan kata terlempar di meja
terlahir dengan tangis bayi
di ruang gelap gerak berhenti
setiap segi bersudut mati
menggoda ingatan hutan sakti
tempat bersabda kata abadi
Bayangan Kata (2)
pada garis tak lurus
rencana terus tertunda-tunda
sebelum sempat selesai bicara
sudah tersendat suara terbata-bata
dingin malam tergamit di jendela
benih di pangkuan telah habis manisnya
kelesuan ini lebih parah
dari terseret di lorong-lorong duka
darah yang mengalir dari tangan terpaku
akan lebih lantang menjeritkan sakit
dari sisa-sisa kata
Bayangan Kata (3)
helai surat yang dilambaikan
tangan pada dinihari
tidak nampak bunyi kalimatnya
kabut menghambat mata
untuk melihat lewat tabir hari
uap di kaca masih mengaburkan rahasia
apa yang bakal tampil esok pagi
yang kini ada hanya tanda bekas luka
(seperti pada perempuan hamil)
yang terkuak
sehingga mengalir darah kata
tak tertahan derasnya
Bayangan Kata (4)
di celah waktu
di mana detik berakir
kata murni tenggelam dan terkubur lama
menunggu seribu tahun lagi
kalau ada perempuan meratap di padang pasir karena
kehilangan segala
kata sejati menjelma
ketika nasib tak lagi terderita
Sumber: Hari dan Hara (1982)
Analisis Puisi:
Puisi "Bayangan Kata" karya Subagio Sastrowardoyo menawarkan sebuah eksplorasi mendalam mengenai kekuatan dan keterbatasan bahasa dalam mengekspresikan pengalaman manusia. Setiap bagian puisi ini menghadirkan refleksi yang kaya dan simbolis tentang hubungan antara kata, ingatan, dan perasaan.
Kelahiran dan Kekosongan
Pada bagian pertama, "bayangan kata terlempar di meja / terlahir dengan tangis bayi," Subagio menggambarkan kata sebagai sesuatu yang lahir dengan kesulitan dan keputusasaan. Bayangan kata, yang lahir dalam ruang gelap dan berhenti geraknya, melambangkan kekosongan dan keterbatasan komunikasi. Kata-kata yang hanya menjadi bayangan tidak mampu menyampaikan makna secara utuh, menggoda ingatan akan tempat yang penuh dengan kata-kata abadi, tetapi pada akhirnya hanya terhenti dalam kesunyian.
Ketidaksempurnaan dan Kesedihan
Bagian kedua menunjukkan ketidakmampuan kata untuk menyelesaikan tugasnya. "Pada garis tak lurus / rencana terus tertunda-tunda" menggambarkan frustrasi yang muncul ketika kata-kata gagal menyampaikan pesan yang jelas. Kesesakan suara dan kelesuan malam menyiratkan betapa menyedihkannya ketidakmampuan kata untuk memenuhi harapan. Perasaan ini lebih menyakitkan daripada luka fisik, menunjukkan betapa mendalamnya dampak dari ketidakmampuan berkomunikasi.
Kesamaran dan Kerapuhan
D bagian ketiga, Subagio menggambarkan bagaimana kata-kata dapat menghilang dalam kabut dan kegelapan. "Helai surat yang dilambaikan / tangan pada dinihari" menyoroti ketidakmampuan untuk membaca dan memahami pesan ketika kondisi tidak mendukung. Kabut yang menghalangi mata dan uap di kaca mencerminkan bagaimana rahasia dan makna sering kali tersembunyi dari penglihatan kita, hanya meninggalkan bekas luka yang tak dapat dihapus.
Keterpendaman dan Harapan
Bagian terakhir menggambarkan kata yang tenggelam dalam waktu dan kehilangan, menunggu seribu tahun untuk muncul kembali. "Kata murni tenggelam dan terkubur lama" menunjukkan bagaimana kata-kata sejati sering kali tersembunyi dalam penderitaan dan kehilangan. Namun, ada harapan bahwa pada suatu saat, kata-kata tersebut akan muncul kembali ketika segala sesuatunya telah berubah dan nasib tidak lagi derita.
Puisi "Bayangan Kata" adalah puisi yang mengeksplorasi tema-tema kekosongan, ketidakmampuan, dan kesamaran dalam bahasa dan komunikasi. Subagio Sastrowardoyo berhasil menyampaikan kompleksitas hubungan antara kata dan pengalaman manusia dengan simbolisme yang mendalam. Melalui puisi ini, pembaca diundang untuk merenung tentang bagaimana kata-kata, meskipun penting, sering kali gagal menyampaikan makna yang sebenarnya dan bagaimana mereka dapat tenggelam dalam kekosongan waktu dan kesedihan.
Karya: Subagio Sastrowardoyo
Biodata Subagio Sastrowardoyo:
- Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
- Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.