Puisi: Tunggul Kayu (Karya Dami N. Toda)

Puisi "Tunggul Kayu" karya Dami N. Toda menyentuh hati pembaca dan mengajak mereka untuk merenungkan peran serta keberadaan tunggul kayu dalam ...
Tunggul Kayu

sebatang tunggul kayu memperhatikan pertemuan kita
dari taman itu. Dahan dan rantingnya mungkin telah
dibikinkan kayu bakar atau kaki meja ini, dan daunnya
diangkut dinas kebersihan kota

sebatang tunggul kayu membatasi jalan batu krikil
dari mana tadi kau membelok kemari. Kakinya
menggenggam perut bumi, pelan-pelan membusuk dari pujuk
akar karena batangnya telah dipotong tukang kebun

sebatang tunggul kayu tumbuh di tubuhmu dan di tubuhku,
di atasnya anak kita duduk main gitar bersama pacarnya,
dan teman lain memakainya untuk mengupas kotoran dari
mata mereka

Sumber: Penyair Muda di Depan Forum (1976)

Analisis Puisi:

Puisi "Tunggul Kayu" karya Dami N. Toda adalah sebuah karya yang menghadirkan gambaran tentang peran dan keberadaan sebatang tunggul kayu dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa yang indah dan metafora yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan kompleks antara manusia, alam, dan benda mati.

Pengantar dan Latar Belakang: Puisi "Tunggul Kayu" membawa kita pada refleksi tentang bagaimana sebatang tunggul kayu hadir dalam berbagai aspek kehidupan kita. Penulis dengan cermat menggambarkan bagaimana tunggul kayu menjadi saksi bisu dari pertemuan-pertemuan manusia, keberadaannya yang berubah-ubah, dan perannya yang melampaui sekadar objek mati.

Analisis Struktur dan Bahasa: Puisi ini terdiri dari tiga bait dengan setiap bait menggambarkan sudut pandang yang berbeda terhadap tunggul kayu. Dengan penggunaan bahasa yang kaya dan imajinatif, penulis berhasil membangun suasana yang kuat dan memancing emosi pembaca.

Interpretasi dan Makna: Bait pertama menggambarkan bagaimana sebatang tunggul kayu menjadi saksi dari pertemuan-pertemuan manusia di taman. Namun, nasibnya yang tragis terungkap dalam bait kedua, di mana ia menjadi bagian dari batu krikil yang menghalangi jalanan, lambat laun membusuk karena telah dipotong oleh tukang kebun. Ini dapat diinterpretasikan sebagai metafora dari siklus kehidupan manusia, di mana kehadiran dan kepergian seseorang hanya sebatas saksi dalam rentetan peristiwa.

Bait terakhir menghadirkan gambaran yang lebih intim tentang keberadaan tunggul kayu dalam kehidupan sehari-hari. Di sinilah kita melihat bagaimana tunggul kayu menjadi bagian dari keintiman manusia, menjadi alas untuk anak-anak bermain atau alat untuk memudahkan kehidupan sehari-hari.

Pesan Moral dan Refleksi Kehidupan: Puisi "Tunggul Kayu" mengajak kita untuk merenungkan siklus kehidupan dan hubungan antara manusia, alam, dan objek mati. Dari sini, kita belajar bahwa setiap objek atau makhluk, sekecil apa pun, memiliki peran dan makna dalam kehidupan kita. Puisi ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menghargai dan merawat lingkungan sekitar, termasuk benda-benda yang sering diabaikan seperti tunggul kayu.

Dengan keindahan bahasa dan kedalaman makna, puisi "Tunggul Kayu" karya Dami N. Toda berhasil menyentuh hati pembaca dan mengajak mereka untuk merenungkan peran serta keberadaan tunggul kayu dalam kehidupan manusia. Melalui karya ini, kita diingatkan akan kompleksitas hubungan antara manusia, alam, dan objek mati, serta pentingnya menghargai setiap aspek kehidupan di sekitar kita.

Dami N. Toda
Puisi: Tunggul Kayu
Karya: Dami N. Toda

Biodata Dami N. Toda:
  • Dami N. Toda (Dami Ndandu Toda) lahir di Pongkor, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 20 September 1942.
  • Dami N. Toda meninggal dunia di Leezen, Jerman, pada tanggal 10 November 2006.
© Sepenuhnya. All rights reserved.