Puisi: Tepi Sampur (Karya Dami N. Toda)

Puisi "Tepi Sampur" karya Dami N. Toda menggambarkan perjalanan spiritual dan pemahaman tentang kehidupan, kematian, dan hubungan manusia dengan alam.
Tepi Sampur

pacu dan laut sekian kepak atas cakrawala
membaca awan demi awan menebak ujung
lautan bernafas masih saja lampu-lampu laut
beranak di air

( - Itu Ancol, katamu
    sana batas menara
    dan pasang laut ini biasanya tak tiba
    kemari)

telentang peta tanah dari tepi ke tepi
kubaca
kenyataan apakah ini waktu butir-butir
darahku terusir dari selaksa mata angin ke
dalam denyut nadimu dengan mata
terpejam
menatang malam bergoyang melukis arwah
ibuku mengecupkan mautnya makin erat
ke dalam jangatku

( - Sudah waktunya, katamu
    bayi-bayimu nanti terbuang usia
    coba, umurmu berapa sekarang)

pisah dengan usia sekian kepak atas
cakrawala membaca awan demi awan
mencari ujung hari laut bernafas masih saja
lampu-lampu laut berbiak di air

( - Mestinya kita cuma angan-angan, katamu
    dan kapal-kapal mengapung tanpa cuaca)

Sumber: Buru Abadi (2005)

Analisis Puisi:

Puisi "Tepi Sampur" karya Dami N. Toda adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan spiritual dan pemahaman tentang kehidupan, kematian, dan hubungan manusia dengan alam. Melalui gambaran-gambaran yang kaya dan bahasa yang puitis, puisi ini mengeksplorasi tema-tema yang mendalam dan mengundang pembaca untuk merenungkan makna eksistensi manusia.

Penggambaran Alam: Puisi ini membawa pembaca ke dalam gambaran alam yang megah dan mengagumkan, terutama melalui gambaran tentang laut, awan, dan cakrawala. Gambaran ini menciptakan citra tentang kebesaran alam dan keajaiban alam semesta yang terus bergerak dan berkembang.

Refleksi Spiritual: Puisi ini juga menciptakan ruang untuk refleksi spiritual dan pencerahan, terutama melalui dialog internal antara penyair dan karakter lainnya. Dialog ini menggambarkan pertanyaan-pertanyaan tentang makna kehidupan, kematian, dan eksistensi manusia, serta pencarian akan jawaban yang dalam dan pencerahan yang mendalam.

Simbolisme dan Metafora: Puisi ini menggunakan simbolisme dan metafora dengan sangat efektif untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendalam. Misalnya, lampu-lampu laut yang beranak di air menjadi simbol kehidupan yang terus berlanjut di dalam kegelapan, sementara cakrawala dan awan menjadi metafora tentang pencarian akan makna kehidupan.

Pertanyaan-Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang mendalam, seperti tentang waktu, usia, dan tujuan hidup. Pertanyaan-pertanyaan ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang arti keberadaan manusia di dunia dan bagaimana menjalani hidup dengan penuh makna dan kesadaran.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini diakhiri dengan kesimpulan yang terbuka, meninggalkan ruang bagi pembaca untuk memikirkan dan merenungkan pesan-pesan yang disampaikan. Hal ini menciptakan kesan bahwa puisi ini tidak hanya sebuah karya sastra, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang terus berlanjut di dalam pikiran dan hati pembaca.

Puisi "Tepi Sampur" karya Dami N. Toda adalah sebuah karya yang memukau dan mendalam, menggambarkan perjalanan spiritual dan pencarian akan makna kehidupan. Dengan gambaran-gambaran alam yang indah, dialog internal yang menggugah, dan pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang dalam, puisi ini mengundang pembaca untuk memikirkan dan merenungkan makna kehidupan manusia di dunia yang penuh misteri dan keajaiban.

Dami N. Toda
Puisi: Tepi Sampur
Karya: Dami N. Toda

Biodata Dami N. Toda:
  • Dami N. Toda (Dami Ndandu Toda) lahir di Pongkor, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 20 September 1942.
  • Dami N. Toda meninggal dunia di Leezen, Jerman, pada tanggal 10 November 2006.
© Sepenuhnya. All rights reserved.