Puisi: Suara Terompet Akhir Tahun (Karya Soni Farid Maulana)

Puisi "Suara Terompet Akhir Tahun" menghadirkan sebuah refleksi filosofis yang mendalam tentang harapan, ketidakpastian, dan kekecewaan di tengah ...
Suara Terompet Akhir Tahun


di ujung malam sedingin
es dalam kulkas;

apa yang kau harap
dari suara
terompet akhir tahun?

fajar yang menyingsing
tanpa bunyi kayu dilahap api,

tanpa tubuh yang hangus
seperti sisa bakaran kardus?

kita berharap
semisal tak ada kurap
di daging waktu
yang esok hari kita kunyah
dalam pesta kehidupan yang renyah?

tapi apa artinya berharap
dan tidak berharap,
bila langit muram terus membayang
seperti pengalaman yang kelam:

o, bunyi kayu yang hangus
dan tulang kepala yang meletus
dalam kobaran api di bulan Mei
yang ngeri di ini negeri?

di ujung malam sedingin
es dalam kulkas;

apa yang kau harap
dari ujung bunyi terompet
akhir tahun?


1998

Sumber: Selepas Kata (2004)

Analisis Puisi:
Puisi "Suara Terompet Akhir Tahun" karya Soni Farid Maulana menyajikan refleksi yang mendalam tentang makna suara terompet di akhir tahun. Puisi ini menggali pertanyaan filosofis mengenai harapan, kenyataan, dan arti dari ritual pergantian tahun.

Sentuhan Realisme dan Metafora yang Kuat: Puisi ini dimulai dengan gambaran yang realistis, menyebutkan malam yang dingin seiring dengan suara terompet akhir tahun. Metafora "dingin seperti es dalam kulkas" mengekspresikan ketidakhangatan suasana, sekaligus menggambarkan kehampaan.

Pertanyaan Filosofis: Penyair mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis mengenai harapan dan arti suara terompet akhir tahun. Pertanyaan seperti "apa yang kau harap dari suara terompet akhir tahun?" dan "apa artinya berharap dan tidak berharap" merangkum kebingungan dan keraguan terkait ritual ini.

Gambaran Pemusnahan dan Kegelapan: Puisi menyoroti gambaran pemusnahan dan kegelapan, seperti "tanpa tubuh yang hangus seperti sisa bakaran kardus" dan "tanpa bunyi kayu dilahap api." Gambaran ini bisa diartikan sebagai kritik terhadap kehampaan dan kekecewaan dalam kehidupan.

Analogi dengan Pengalaman Kelam: Ada analogi yang menghubungkan harapan dengan pengalaman kelam. Bunyi kayu yang hangus dan tulang kepala yang meletus dalam kobaran api di bulan Mei menciptakan gambaran kelam dan menggugah perasaan ketidakpastian di negeri ini.

Bahasa yang Kuat dan Imajinatif: Puisi ini menggunakan bahasa yang kuat dan imajinatif. Metafora seperti "daging waktu yang kita kunyah dalam pesta kehidupan yang renyah" menciptakan citra yang mendalam tentang pengalaman hidup.

Kritik terhadap Harapan yang Muram: Penyair memberikan penggambaran tentang harapan yang muram, dengan menyebut "langit muram terus membayang seperti pengalaman yang kelam." Ini dapat diartikan sebagai kritik terhadap ketidakpastian masa depan yang terus menerpa.

Puisi "Suara Terompet Akhir Tahun" menghadirkan sebuah refleksi filosofis yang mendalam tentang harapan, ketidakpastian, dan kekecewaan di tengah ritual pergantian tahun. Dengan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang makna dari suara terompet dan perasaan yang muncul di akhir tahun.

Soni Farid Maulana
Puisi: Suara Terompet Akhir Tahun
Karya: Soni Farid Maulana

Biodata Soni Farid Maulana:
  • Soni Farid Maulana lahir pada tanggal 19 Februari 1962 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
  • Soni Farid Maulana meninggal dunia pada tanggal 27 November 2022 (pada usia 60 tahun) di Ciamis, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.