Suara Malam
bukanlah daerahnya kini
di mana api terlalu bersombong diri
tiada huma semayam yang tenang
bertumpunya cinta
bertumpunya cita
datang juga saatnya paling bunyi
selalu memisahkan percakapan
tinggallah kewajiban belum selesai
harapan yang belum terjelma
cerita yang ada
curahan perjuangan siang dan malam
biarlah mengantarnya dan mengayun
di lelap tidurnya
biarlah,
seharian sudah dibuai kelelahan
dan diterimanya tangan-tangan suci
karna ini menyurutkan kerisauan
karna ini ketenteraman
karna ini bahagianya
Surabaya, 1962
Sumber: Tonggak 2 (1987)
Analisis Puisi:
Puisi "Suara Malam" karya Dwiarti Mardjono adalah sebuah karya yang menyentuh tema kedamaian, ketenteraman, dan istirahat setelah melalui hari-hari yang penuh perjuangan. Dengan bahasa yang puitis dan reflektif, penyair menggambarkan momen-momen di malam hari sebagai waktu yang tepat untuk melepaskan diri dari beban harian dan meresapi ketenangan yang ditawarkan oleh malam.
Tema dan Struktur
Puisi ini dibuka dengan pernyataan yang menciptakan suasana kontras: "bukanlah daerahnya kini / di mana api terlalu bersombong diri." Api dalam konteks ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol dari semangat, hasrat, atau bahkan konflik yang membara. Namun, tempat yang digambarkan dalam puisi ini bukanlah daerah di mana api tersebut berkuasa. Sebaliknya, ini adalah tempat di mana ketenangan bersemayam, tempat cinta dan cita-cita bertumpu. Ini memberikan kesan bahwa malam adalah waktu di mana gairah dan kebisingan hari digantikan oleh kedamaian dan refleksi.
Kedamaian Malam
Pada bait berikutnya, penyair mengungkapkan bahwa saat malam tiba, semua suara dan percakapan mulai mereda: "datang juga saatnya paling bunyi / selalu memisahkan percakapan." Ini menggambarkan transisi dari kesibukan hari ke ketenangan malam, di mana kewajiban yang belum selesai dan harapan yang belum terwujud dibiarkan sementara waktu. Malam, dalam puisi ini, menjadi momen di mana manusia dapat melepaskan diri dari segala beban dan mengistirahatkan tubuh serta pikiran.
Penyair juga menggambarkan malam sebagai waktu untuk mengayun diri dalam tidur yang lelap: "cerita yang ada / curahan perjuangan siang dan malam / biarlah mengantarnya dan mengayun / di lelap tidurnya." Melalui baris ini, kita dapat merasakan bahwa malam adalah waktu yang diberkati, di mana segala perjuangan yang telah dilakukan sepanjang hari dapat ditinggalkan, setidaknya untuk sementara, dan digantikan oleh ketenangan yang membawa kesegaran bagi jiwa.
Simbolisme Tangan-Tangan Suci
Di bait terakhir, Dwiarti Mardjono menyebutkan "tangan-tangan suci" yang menyentuh jiwa yang lelah: "dan diterimanya tangan-tangan suci / karna ini menyurutkan kerisauan / karna ini ketenteraman / karna ini bahagianya." Tangan-tangan suci ini bisa diinterpretasikan sebagai simbol dari berkah, perlindungan, atau bahkan dukungan ilahi yang memberikan ketenteraman dan kebahagiaan di malam hari. Ini menggambarkan betapa pentingnya malam sebagai waktu untuk melepaskan semua beban, menemukan ketenangan, dan meresapi kebahagiaan dalam ketenangan.
Refleksi tentang Kehidupan
Puisi ini, secara keseluruhan, adalah refleksi yang mendalam tentang kehidupan manusia. Dwiarti Mardjono menekankan pentingnya waktu malam sebagai saat untuk beristirahat dan merenung, setelah melalui hari yang penuh dengan kewajiban dan harapan. Malam, dengan segala ketenangannya, menawarkan kesempatan untuk mengembalikan keseimbangan dalam diri, menenangkan pikiran, dan menemukan kedamaian yang mungkin sulit ditemukan di siang hari yang penuh kesibukan.
Puisi "Suara Malam" adalah sebuah puisi yang indah dan reflektif, mengajak pembaca untuk menghargai momen-momen ketenangan yang ditawarkan oleh malam. Dwiarti Mardjono, melalui puisi ini, menggambarkan malam sebagai waktu yang diberkati, di mana semua perjuangan dan kesibukan hari dapat ditinggalkan, digantikan oleh ketenangan dan kedamaian yang mendalam. Dengan simbolisme yang kaya dan bahasa yang puitis, puisi ini menyampaikan pesan bahwa ketenteraman dan kebahagiaan sejati sering kali ditemukan dalam kesederhanaan dan kedamaian malam.
Puisi: Suara Malam
Karya: Dwiarti Mardjono
Biodata Dwiarti Mardjono:
- Dwiarti Mardjono lahir pada tanggal 10 Agustus 1935 di Cilacap, Jawa Tengah.