Sajak (1)
Telan habis kebencian lantas buangkan
selagi pesta marilah menyanyi
kita sudah terlalu sibuk mengukur dalamnya laut
di hati masing-masing; berlayar di atas ayunan
gelombangnya; berenang dalam keasingan arusnya
kita jengkali ladang-ladang cinta yang tumbuh
sampai ke gunung-gunung yang sepi
kita rancang peta-peta perburuan bagi hewan-hewan
yang akan kita korbankan untuk saling memangsa
kita gunting lipatan-lipatan janji dengan kata-kata berbunga
di bawah bulan, kita mabuk, sampai lupa luka menanti
semuanya sungguh prosais dan melelahkan ...!
"hanya dalam berdoa
kita nikmati istirah yang sempurna"
Sajak (2)
dalam gugur waktu
terdengar beribu bintang turun ke taman-taman
tak berisik, sujud ke Bumi
bunga-bunga menyulam aromanya dengan warna-warni dan,
ketika lagu syukur dikumandangkan
sulamannya sudah jadi sayap bagi rindu yang mekar
kepaknya jadi tari bagi dendam yang mati
mengantar jenazah kesumat sampai ke makamnya
Ya, Tuhan!
kuciptakan Kau dari derita
sebelum aku selesai
pesan-Mu sudah sampai menunjukkan kekeliruanku".
1981
Sumber: Horison (Oktober, 1982)
Puisi: Sajak
Karya: Leon Agusta
Biodata Leon Agusta:
- Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
- Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
- Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.