Sajak-Sajak Parewa
jangan bersedih parewa
bila ayammu tewas di medan laga
simpanlah taji
bawa pulang kembali emas di pura
"tidak, tidak! aku tidak bersedih
karena laut gemuruh
gunung-gunung menanti aku
gadis dengan mata taji ayam
perawan dengan perawas ranum
menanti aku!"
(di kendi-kendi tuak tua
di perian air jernih gunung
di sana dahaga kulepaskan
di balik purnama)
"aku ingin rumah yang tenang
di balik bukit
bila matahari tenggelam
aku ngintip jejak yang lekang."
"ayamku sudah tua
kalah bertarung di medan laga
tajiku sudah mundu
kilatnya, wahai karat maut di sana!"
jangan dendam parewa
tua datang tak diundang
tuak tua banyak raginya
kelapa tua banyak minyaknya
"aku tidak takut hantu hutan
aku tidak takut jumlang lapar
nantikan aku di kelok-kelok jalan hutan
jangan sapa kudaku si hitam besi."
(gadis-gadis menanti aku
dan kemarau datang di hatinya
perempuan-perempuan menantiku
gabak bertakhta di pelupuk mata.
kubawa nasib hitam nenek-nenekku
kubawa tembilang ayam jantanku
kudaku meringkik
ditelan udara
pip
pip
po
po, po
pip
pip
po
po, po
merdunya
burung kecil
ditelan sipongang
lembah)
jangan bersedih, parewa
bila ayammu tewas di medan laga
simpanlah taji
bawa pulang kembali emas di pura!
***
beri aku kuda si gumarang
beri aku ayam jantan si kinantan
beri aku kerbau jantan si binuang
beri aku petir dan guruh tengah hari
beri aku gabak hitam di hulu
beri aku cewang di langit!
beri aku darah yang jalang
beri aku anak si ngiang-ngiang rimba
beri aku sekeranjang kacang miang
beri aku hutan penuh penyamun
beri aku perompak lanun
beri aku gergasi dan garuda
beri aku si mambang dan peri
beri aku jin baik dan jin buruk
beri aku gagak-gagak
beri aku elang-elang
beri aku putri lindung bulan
beri aku putri gelang banyak
beri aku putri duyung
beri aku putri si bunian
beri aku
beri aku!
senandung masakanak
wahai, tidak menidurkan tubuhku
perempuan-perempuan pulang mandi
di pancuran tujuh gunung
di kaki bukit
senandung masakanak
lebatnya hutan
parewa yang angkuh
membunuh bapaknya
parewa yang angkuh
membunuh ibunya
***
laut gemuruh
badai berembus
ketika itu
elang laut juga yang berkulin
tiga kali
tidak jadi batu
si malin kundang tidak durhaka kepada ibu
laut gemuruh
badai berembus
tiang dan temali
nakhoda laut gemuruh
campakkan usia muda tualang
amboi, di rumah berguna belum
"keratau madang
di hulu
berbuah berbunga
belum."
ketika itu
elang laut juga yang berkulin
berapa kali
laut gelisah
badai bergulung-gulung
menggunung
si malin
tidak durhaka
tidak jadi batu
karena gelisah laut
karena menggunung badai
dalam gelita
si malin kundang
kitalah si malin kundang itu
engkaulah si malin kundang itu
dialah si malin kundang itu
akulah si malin kundang itu!
di manakah engkau yang
bernama kegelisahan
itu?
di sini
di dada ini
di hati ini
di jantung ini
barangkali
laut gemuruh
badai berhembus
ketika itu
kutiduri ibuku sendiri
dalam mimpi
elang laut berkulin
berkulin
berkulin!
***
kau bunuh bapakmu
kau tiduri ibumu
puting susu
bunuh bapak
rasa bersaing
di balik topeng
angka lima Arab
sebatang rokok
yang disulut
di suatu sore berhujan
resahku
resah dia
resah kita
jangan mendekat
itu kelelawar senja
di gua-gua hitam
relung hatiku!
si Juki yang kalah main
ampok, ampok, ampok itu judi
di sini juga ada si sangkuriang
yang tiduri ibunya
ketika badai
di bawah pusar
adakah ia
bernama bujang Selamat
terbang enggang dari laut
hinggap di pucuk kelapa gading
hamilkan si Bunda Kandung
serta inangnya
perbukitan hitam
bagai ular tidur
kujamah mimpi-mimpi
di bawah bantal tua
inang, inangku
perempuan-perempuan pulang mandi
dari pancuran air bersih gunung
dadanya, wahai dadanya
puncak Singgalang berkabut
aku tidur di dadanya
dalam selimut awan putih
"bapak, bapak kataku dalam ngigau
mana kuda putihku
mana kuda hitamku
jumbalang lapar
aku ingin ngigau
di perut subur
yang lahirkan aku!"
topeng itu
angka lima Arab
mengajarku mimpi
ku kejar mimpi
(tetapi lelaki berhutan lebat itu: Freud
dalam mimpi
kau bunuh bapakmu
kau tiduri ibumu)