Sajak-Sajak Hati Nurani
Seorang gadis seksi dan cantik menyetop taksi. Dari bawah jok muncul sepasang tangan. Ia tak sempat menjerit. Lehernya dicekik dan bibirnya yang mungil disumpal plastik. Sebagaimana kisah klise lainnya tas dan tubuhnya digerayangi. Lalu daging empuk yang telah kumuh itu dilemparkan ke pinggir kali.
Kartu tanda penduduk satu-satunya hartanya yang masih tersisa. Ketika dibalik-balik dan diteliti di antara ilalang dan perdu ternyata namanya: Hati Nurani
***
Hati Nurani bertukar kelamin. Menjadi perjaka ting-ting. Dia menelan ekstasi dan menyentuk heroin. Tak ketinggalan putaw dan shabu-shabu. Dia stel suaranya dari bariton hingga ke tenor mejeng di pub dan diskotik bintang empat fly sepanjang malam ngebut di jalan-jalan dan ngamen di simpang empat dengan lagu pisau lipat
Hati Nurani menyiram tubuh temannya seprofesi dengan bensin dan menyulutnya hangus tak bersisa sambil tertawa-tawa lucu karena peristiwa itu sangat menggelikan hatinya.
***
Pada musim haji tahun ini Hati Nurani naik haji untuk kelima kali. Dia terpilih pula jadi Amirul-Hajj. Thawaf dan Sai dia jalani dengan khusyuk. Wukuf di Arafah tak pula menjadikannya lelah. Ketika di Mina akan melempar setan di jamarat banyak jamaahnya tersesat. Mereka terinjak-injak berebut pahala dan linangan air mata penuh taubat.
“Insya-Allah mereka syahid!” serunya di Maala. Dan buru-buru buka warung mie instan yang dia peroleh dari tender empat ratus juta di Jakarta.
***
diphk oleh bos pabriknya, Hati Nurani tak putus asa. Dia dirikan partai dan buka situs di internet diselingi pariwara blue biar sedikit menarik dan jualannya laku. Ternyata dugaannya benar. Banyak yang daftar. Antri jadi ketua dan caleg jadi.
“Jangan tanya dulu apa yang akan diberikan negara dan bangsa kepada Anda” serunya meniru Kennedy, yang konon didapatkan kepala negara yang ganteng itu pula dari sepotong ayat kitab suci, sambil mendepositokan duit patungan mereka ke rekening pribadi. “Nanti Anda akan terkejut sendiri mendapatkan rejeki tanpa dicari-cari!” kata sambutannya penuh semangat sambil menarik-narik tali dasinya yang terlipat.
“Tentu, nanti,” tambah Hati Nurani “Kalau sudah jadi pemimpin jadi!”
***
Tiba-tiba Hati Nurani diciduk polisi dan ditahan di kejaksaan. Tubuhnya kejang matanya kaku menatap ke depan pintu, alam kebebasan. “Tak apa-apa!” kata mereka menenangkan “Tandatangani saja ini” surat pernyataan. “Ah, mana saya bisa jadi Kepala Negara!” teriaknya melawan. “Kan saya masih terlibat tindak pidana korupsi.”
“Makanya, jangan malu-malu” bujuk mereka dan memberikan alasan “Biar reputasi kita di mata dunia bertambah tinggi. Dan kami lebih punya kesempatan jadi pencuri.”
“Nah! Inilah namanya keadilan dan pemerataan” suara Hati Nurani dari lubuk yang paling dalam.
***
Iblis menangis Hati Nurani tertawa. Iblis menangis manusia telah mengambil miliknya. Iblis menangis manusia telah menggantikan kedudukannya. Kini Iblis terpaksa bersara. Hanya bisa mencabik kenangan lama ketika Adam dan Eva masih di surga ia menyusup di celah-celah kesepian mereka. Menghidangkan apel merah jingga yang begitu mengasyikkan berahi dan mengecapnya secebis sehingga menghasilkan anak cucu sepenuh dunia kini ganti menghabis buah tanpa sisa.