Ramadhan
panaskan aku
di tungku
perapian ini
biar terbakar
lapar
pupus
haus
menjalar
seluruh pori
panaskan badan
di tungku mengelegak
kobaran api
biar terbakar iman yang
basi biar menjalar jihad yang mati biar
sadar mimpi-mimpi biar kupahat ucapan
jadi roti biar tak mekar
kelakar di kedai kopi biar tak samar amar
di minareh tinggi
Allah, Allah, pemilik ramadhan
panaskan panaskan
kulit
hingga tulang sumsum
kobarkan kobarkan
hingga menjerit
ke milenium
biar pada hari berbangkit
hati sakit
jadi biskuit
campur eskrim
iman kerikit
jadi ranum
sejuk seperti salju
enak untuk diminum
amien
10 Ramadhan 1427 H
Analisis Puisi:
Puisi "Ramadhan" karya Damiri Mahmud adalah ungkapan yang kuat tentang pengalaman spiritual dan pemujaan yang mendalam selama bulan Ramadhan. Puisi ini mencerminkan keintiman dan kekuatan spiritual yang terjadi selama bulan suci tersebut.
Keintiman Spiritual: Penyair dengan kuat mengekspresikan keinginan untuk mendapatkan keintiman spiritual melalui ibadah selama bulan Ramadhan. "Panaskan aku di tungku perapian ini" adalah metafora yang menggambarkan hasratnya untuk mengalami pembersihan dan pemurnian spiritual melalui pengorbanan dan kesabaran selama bulan Ramadhan.
Metafora Api dan Panas: Api dalam puisi ini bukan hanya merepresentasikan kepanasan secara fisik, tetapi juga melambangkan semangat, kekuatan, dan tekad untuk membersihkan diri dari dosa dan keterikatan dunia. Penggunaan kata-kata yang kuat seperti "terbakar iman yang basi" dan "jihad yang mati" mencerminkan keinginan untuk memperbaharui iman dan semangat selama bulan Ramadhan.
Pemujaan dan Pengorbanan: Puisi ini juga menyoroti tema pemujaan dan pengorbanan yang mendalam. Penyair merenungkan tentang pentingnya menyucikan hati dan pikiran serta menekankan pentingnya pengorbanan dan kesadaran spiritual.
Doa dan Permohonan: Puisi ini diakhiri dengan doa yang mendalam kepada Allah untuk memperoleh pemurnian spiritual yang mendalam. Doa ini mencerminkan kerendahan hati dan kesadaran akan pentingnya memperbaharui iman dan kesucian selama bulan Ramadhan.
Bahasa dan Metafora: Puisi ini menggunakan bahasa yang kuat dan metafora yang kaya untuk menyampaikan pesan spiritualnya. Metafora api dan panas digunakan secara efektif untuk menyoroti intensitas pengalaman spiritual selama bulan Ramadhan.
Dengan demikian, puisi "Ramadhan" karya Damiri Mahmud adalah puisi yang kuat dan mendalam tentang keintiman spiritual, pengorbanan, dan pemujaan selama bulan Ramadhan. Melalui kata-kata yang kuat dan metafora yang kaya, penyair menggambarkan pengalaman yang mendalam dan pentingnya pemurnian spiritual selama bulan suci tersebut.
Puisi: Ramadhan
Karya: Damiri Mahmud
Biodata Damiri Mahmud:
- Damiri Mahmud lahir pada tanggal 17 Januari 1945 di Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara.
- Damiri Mahmud meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2019 (pada usia 74) di Deli Serdang, Sumatra Utara.