Ponsel Pintar
Ponsel, yang dijual mahal di toko-toko,
Yang dibawa ke mana-mana,
Yang menggenggam dunia, sejarah, jarak, garis dan kita
Tak bosan-bosannya menggoda siapa saja,
Seperti Tuhan yang kasat mata, misalnya.
Yang menolong siapa saja,
yang biasa disembah 24 jam.
Ponsel pintar, yang tidak lagi ingat asal-usulnya,
Yang digenggam di mana-mana,
Yang meningkatkan keomongkosongan dan ketidakpastian
Tak henti-hentinya menyihir siapa saja
Seperti zombie yang kelaparan, misalnya.
Yang hidup hanya dengan mengisap darah siapa saja
Yang biasa dibiarkan hidup 24 jam.
2021
Analisis Puisi:
Puisi "Ponsel Pintar" karya Melki Deni menggambarkan kritik terhadap peran dan dampak dari teknologi, terutama ponsel pintar, yang semakin memengaruhi kehidupan manusia.
Simbolisme Ponsel Pintar: Penyair menggunakan ponsel pintar sebagai simbol perubahan zaman yang semakin memengaruhi kehidupan sehari-hari. Ponsel dipuja seakan memiliki kekuatan yang serupa dengan Tuhan, menguasai waktu, ruang, dan informasi. Penggunaannya yang terus-menerus menjadi gambaran dari ketergantungan yang semakin meningkat terhadap teknologi.
Personifikasi Ponsel: Ponsel digambarkan layaknya entitas hidup yang memengaruhi kehidupan manusia, mengendalikan aktivitas dan bahkan menjadi sumber ketergantungan seperti "zombie yang kelaparan." Perilaku manusia yang sangat bergantung pada ponsel pintar diperlihatkan dalam metafora "hidup hanya dengan mengisap darah siapa saja" menggambarkan bagaimana ponsel secara simbolis 'menyedot' perhatian dan waktu manusia.
Kritik terhadap Ketergantungan dan Kehidupan yang Ditinggalkan: Puisi ini juga menyiratkan ironi di balik penggunaan ponsel. Meskipun ponsel memberi manfaat, penggunaannya yang berlebihan menjadikan manusia terisolasi dan melupakan kehidupan di dunia nyata. Ponsel menjadi bagian hidup yang dibiarkan berjalan selama 24 jam, tanpa henti, yang terkadang membuat orang lupa akan kehidupan yang sebenarnya.
Puisi "Ponsel Pintar" menghadirkan gambaran kritis akan ketergantungan manusia pada teknologi, terutama ponsel pintar. Penyair menyoroti bagaimana kecanggihan teknologi telah menyebabkan ketidakseimbangan dalam kehidupan manusia, menyebabkan ketergantungan yang mungkin terlalu besar dan mengaburkan garis antara dunia nyata dan dunia maya.
Puisi: Ponsel Pintar
Karya: Melki Deni
Biodata Melki Deni:
- Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
- Aktif menulis puisi sejak sekolah menengah pertama.