Nama
Ia sebutkan sebuah nama
Tapi ia tak tahu nama siapa
Sudah itu ia pun melupakannya
1975
Sumber: Horison (Juni, 1976)
Analisis Puisi:
Puisi “Nama” mengusung tema tentang identitas dan kefanaan ingatan manusia. Dalam hanya tiga baris, puisi ini mengeksplorasi bagaimana sesuatu yang sangat mendasar seperti nama—penanda eksistensi—bisa menjadi absurd ketika tidak diketahui maknanya, bahkan dilupakan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini sangat filosofis: identitas bisa kehilangan maknanya jika tidak dikenali atau dipahami. Ketika seseorang menyebut nama tapi tak tahu “nama siapa” itu, maka penamaan menjadi kosong, semacam gema tanpa arah. Dan ketika nama itu pun kemudian dilupakan, kita dihadapkan pada ironi: sesuatu yang mestinya melekat sebagai identitas justru hanyut begitu saja.
Hal ini bisa ditafsirkan sebagai refleksi atas krisis eksistensial—di mana manusia terkadang melafalkan hal-hal penting secara otomatis, namun tak benar-benar menghayatinya, hingga akhirnya kehilangan makna.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang menyebut sebuah nama, tapi tak tahu siapa yang dimaksud, lalu melupakannya. Peristiwa yang tampak kecil dan sederhana ini sebenarnya membuka ruang tafsir luas: apakah itu nama seseorang yang penting, atau hanya kebiasaan refleks semata? Apakah ini soal kehilangan kenangan, atau ketidaksadaran kolektif?
Bisa juga dimaknai sebagai metafora tentang manusia yang menyebut “Tuhan”, “kebenaran”, atau “cinta”, tapi tak lagi tahu esensi atau kepada siapa nama itu dialamatkan. Dan karena tak terikat makna, akhirnya nama itu pun dilupakan.
Unsur Puisi
- Struktur: Puisi ini hanya terdiri dari tiga baris (1 bait), setiap baris memuat tindakan berurutan—menyebut, tidak tahu, melupakan—yang membentuk sebuah mini-narasi.
- Diksi: Kata-kata yang digunakan sangat sederhana dan sehari-hari, seperti “sebutkan”, “nama”, “tahu”, “lupakannya”. Justru dari kesederhanaan itu muncul kedalaman makna.
- Nada: Netral dan hening, seolah berbicara dalam ruang sunyi. Tidak ada kemarahan, kesedihan, atau kegembiraan. Hanya ada pengamatan dan pengakuan.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini adalah sunyi dan absurd. Ada kesan kehilangan arah atau hilangnya makna dalam tindakan sehari-hari. Suasana ini mengingatkan kita pada puisi-puisi eksistensialis yang mempertanyakan hakikat keberadaan dengan cara paling sederhana dan tenang.
Amanat atau Pesan
Amanat puisi ini bisa ditarik dari absurditas tindakannya: jangan sekadar menyebut tanpa mengerti maknanya. Apapun itu—sebuah nama, nilai, atau konsep besar—jika tidak dipahami dan dihayati, maka akan mudah dilupakan dan kehilangan nilai.
Puisi ini bisa pula dibaca sebagai kritik terhadap kebiasaan manusia modern yang sering mengulang istilah-istilah sakral atau penting secara otomatis, tanpa pemahaman mendalam, hingga kata-kata tersebut kehilangan roh dan bobotnya.
Imaji
Puisi ini tidak menghadirkan imaji visual secara eksplisit, namun justru membangun imaji konseptual: tentang suara yang menyebut nama, lalu lenyap dalam kekosongan. Imaji ini lebih bersifat abstrak dan kontemplatif, dan menyentuh pembaca bukan lewat gambar, tapi lewat ide.
Majas
- Ironi: Menyebut nama tapi tak tahu siapa, lalu melupakan—ini ironi yang halus namun menyentak.
- Paradoks: Sebuah tindakan (menyebut nama) yang seharusnya bermakna, justru menjadi hampa.
- Simbolisme: "Nama" dalam puisi ini bisa disimbolkan sebagai banyak hal: identitas, ingatan, bahkan nilai-nilai besar yang terlupakan.
Puisi “Nama” karya Herman KS adalah contoh bagaimana kesederhanaan bisa memuat kedalaman makna. Dengan hanya tiga baris, puisi ini menyuguhkan refleksi eksistensial tentang nama, identitas, dan makna, yang membuka banyak pintu tafsir. Tema sentralnya adalah ketiadaan makna dalam tindakan yang kehilangan kesadaran, dan hal ini sangat relevan dengan kehidupan modern yang serba cepat dan dangkal.
Melalui puisi ini, pembaca diajak merenungi kembali: apakah kita benar-benar tahu dan menghayati apa yang kita ucapkan setiap hari, atau hanya mengulangi sesuatu yang lama kita lupakan maknanya? Sebuah pertanyaan sunyi yang menggema, sama seperti nama yang disebut tapi tak pernah diketahui siapa.
Puisi: Nama
Karya: Herman KS
Biodata Herman KS:
- Herman KS lahir pada tanggal 9 Oktober 1937 di Medan.