Puisi: Mengenang Penyair Palestina (Karya Damiri Mahmud)

Puisi "Mengenang Penyair Palestina" karya Damiri Mahmud adalah sebuah penghormatan yang mendalam dan penuh makna untuk Mahmoud Darwish.
Mengenang Penyair Palestina
Mengenang Mahmoud Darwish

bagaimanakah aku membayangkan anda memandang palestina
negeri yang kaucinta dan tinggalkan karena cinta juga
negeri ladang zaitun dan pemetik anggur
negeri ibrahim menerima wahyu pertama
dan meretas ke anak-cucunya
negeri yang luluh-lantak karena balfour
sepanjang usia mengembara
karena cinta palestina jadi buah bibirmu buah ilhammu
palestina membuahkan cinta dan buku
palestina dalam bibirmu dalam guratan sajakmu dalam darahmu
bergumpal menjadi satu
jadi pemersatu bangsamu yang rindu bersatu
namun tercabik-cabik bagai kotak penuh bercak
kau selalu berdecak memandangnya
bagai tingkah-polah kanak
tak siuman istana mimpinya dihapus ombak

bagaimana aku mengenangmu, Mahmoud
di saat engkau sekarat jauh dari palestina di sebuah benua bernama
amerika kau apit erat-erat buku-buku sajakmu sarat berisi kecintaan
kepada tanah airmu
bagaimana engkau bisa sembuh 
kau dibedah dan disayat luka-lukamu oleh orang tak mengakui tanah airmu mengkhianati bangsamu 
pecundang yang senantiasa mengeruk di air keruh

bagaimana aku mengenangmu, Mahmoud
membayangkan bangsamu
bersatu-padu memikul keranda dan menangis di depan makammu
belum habis sisa air mata mereka kembali bagai domba 
berebut rumput lalu diterkam srigala

bagaimana aku mengenangmu, Mahmoud
buku-bukumu sajak-sajakmu cita-citamu harapanmu kenang-kenangmu khayalan dan mimpimu akan tanah airmu
bangsamu yang bersatu melulur apa yang ada dalam dirimu rumah tanggamu pribadimu egomu
bercerai-berai tak pernah bersatu
kau penyair sejati, pengembara yang tak pernah kembali

Analisis Puisi:

Puisi "Mengenang Penyair Palestina" karya Damiri Mahmud adalah sebuah penghormatan yang mendalam kepada Mahmoud Darwish, penyair besar Palestina yang telah menjadi ikon perjuangan kemerdekaan, identitas, dan kebudayaan Palestina. Dalam bait-baitnya, puisi ini menyampaikan rasa kehilangan, kekaguman, dan refleksi terhadap perjuangan serta warisan yang ditinggalkan oleh Darwish.

Mahmoud Darwish: Penyair Perlawanan dan Identitas Palestina

Mahmoud Darwish (1941–2008) adalah seorang penyair yang dikenal sebagai suara Palestina. Melalui karya-karyanya, ia menggambarkan perjuangan rakyat Palestina, cinta terhadap tanah air, dan kerinduan terhadap kebebasan. Puisi-puisinya yang penuh simbolisme dan emosi menjadi inspirasi bagi banyak orang, tidak hanya di Palestina tetapi juga di seluruh dunia.

Dalam puisi ini, Damiri Mahmud dengan elegan menyampaikan betapa Darwish tidak hanya menulis tentang Palestina, tetapi juga menjadikan Palestina sebagai inti dari kehidupan dan karya seninya.

Makna Simbolis dalam Puisi

  1. "Bagaimanakah aku membayangkan anda memandang Palestina": Pembukaan ini menggambarkan hubungan batin Darwish dengan Palestina. Meski jauh dari tanah airnya, Darwish selalu membawa Palestina dalam hatinya. Frasa ini mencerminkan kerinduan universal terhadap tempat asal, terutama bagi mereka yang terusir atau terpaksa meninggalkan tanah air.
  2. "Negeri ladang zaitun dan pemetik anggur": Ladang zaitun dan anggur adalah simbol dari keindahan dan kelimpahan Palestina. Namun, gambaran ini kontras dengan kondisi nyata Palestina yang penuh konflik dan penderitaan.
  3. "Palestina membuahkan cinta dan buku": Kalimat ini menyoroti bagaimana cinta Darwish terhadap Palestina menghasilkan karya-karya sastra yang abadi. Buku dan sajak menjadi medium Darwish untuk menyuarakan perjuangan rakyat Palestina.
  4. "Bangsa yang tercabik-cabik": Palestina digambarkan sebagai bangsa yang terpecah-pecah, baik secara fisik maupun politik. Frasa ini mencerminkan realitas pahit di mana konflik internal dan eksternal terus menghantui rakyat Palestina.
  5. "Kau dibedah dan disayat luka-lukamu": Baris ini mengacu pada pengalaman pribadi Darwish, termasuk perjuangan fisik dan emosional yang ia alami. Mahmoud Darwish pernah menjalani operasi jantung di Amerika, dan perasaan terasing dari tanah air menjadi luka yang lebih dalam baginya.
  6. "Buku-bukumu, sajak-sajakmu, cita-citamu": Damiri Mahmud menegaskan bahwa warisan Darwish adalah karyanya. Buku-buku dan puisi-puisi Darwish menjadi saksi sejarah dan bukti cinta terhadap tanah air, bahkan setelah kematiannya.

Tema Utama: Kehilangan, Perjuangan, dan Harapan

Puisi ini menggambarkan tiga tema utama:
  1. Kehilangan: Kehilangan Mahmoud Darwish menjadi duka yang mendalam, baik bagi Palestina maupun dunia sastra. Namun, Damiri Mahmud juga menekankan kehilangan yang lebih besar, yaitu harapan akan persatuan Palestina.
  2. Perjuangan: Baik dalam kehidupan pribadi maupun karya seninya, Darwish mencerminkan perjuangan rakyat Palestina yang tak kunjung usai.
  3. Harapan: Meski penuh duka, puisi ini menyiratkan harapan bahwa suatu hari bangsa Palestina akan bersatu, seperti yang selalu dicita-citakan Darwish.

Relevansi Puisi dalam Konteks Palestina

Puisi ini tidak hanya sebuah penghormatan kepada Mahmoud Darwish, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang kondisi Palestina. Konflik yang berkepanjangan, perpecahan politik, dan penderitaan rakyat menjadi latar belakang yang membayangi setiap bait puisi ini.

Damiri Mahmud mengingatkan pembaca akan pentingnya memahami perjuangan Palestina, tidak hanya sebagai isu politik, tetapi juga sebagai perjuangan manusia untuk keadilan, martabat, dan hak asasi.

Mahmoud Darwish dan Inspirasi bagi Generasi Selanjutnya

Sebagai penyair besar, Mahmoud Darwish telah memberikan inspirasi bagi banyak penulis dan seniman. Ia menunjukkan bahwa sastra dapat menjadi alat perlawanan yang kuat. Melalui karya-karyanya, ia memperjuangkan identitas budaya Palestina dan mengingatkan dunia akan pentingnya keadilan dan kemanusiaan.

Damiri Mahmud, dalam puisinya, juga menyampaikan pesan bahwa warisan Darwish tidak akan pernah pudar. Karya-karya Darwish akan terus menginspirasi generasi berikutnya untuk memperjuangkan kebebasan dan keadilan.

Puisi "Mengenang Penyair Palestina" karya Damiri Mahmud adalah sebuah penghormatan yang mendalam dan penuh makna untuk Mahmoud Darwish. Dengan bahasa yang puitis dan simbolisme yang kaya, puisi ini menggambarkan kehilangan, perjuangan, dan harapan bagi Palestina.

Puisi ini tidak hanya menjadi refleksi atas kehidupan dan karya Darwish, tetapi juga menjadi seruan bagi dunia untuk tidak melupakan Palestina. Melalui puisi ini, Damiri Mahmud menunjukkan bahwa meski Darwish telah tiada, semangat dan pesan dalam karyanya akan terus hidup, menginspirasi perjuangan untuk keadilan dan kebebasan.

Damiri Mahmud
Puisi: Mengenang Penyair Palestina
Karya: Damiri Mahmud

Biodata Damiri Mahmud:
  • Damiri Mahmud lahir pada tanggal 17 Januari 1945 di Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara.
  • Damiri Mahmud meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2019 (pada usia 74) di Deli Serdang, Sumatra Utara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.