Puisi: Kunang-Kunang di Sebuah Bukit di Rafah (Karya Damiri Mahmud)

Puisi "Kunang-Kunang di Sebuah Bukit di Rafah" mencerminkan ketegangan, konflik, dan penderitaan yang dialami oleh penduduk Rafah, sambil ...
Kunang-Kunang di Sebuah Bukit di Rafah

"Lihat, Lihat!"
teriak kanak-kanak serempak
tengadah
di sebuah bukit menuju gerbang
di Rafah
sambil membayang-bayang
arah terbang
mendekat dan merendah

"Alangkah indah"
teriak seorang turis
sambil asyik melirik dan melukis
"seperti bunga-bunga bermekaran di angkasa
seperti kembang api berkejaran
dilesatkan anak-anak kita
menjelang lebaran tiba"

"Ya, lebih semarak dari berjuta kunang-kunang
satu-dua pernah berkelipan di belakang rumah kita"
seru seorang wartawan pula
harap-cemas menunggu peristiwa
pengisi headline di korannya

"Setan! Mereka setan!" teriak seorang anak ketakutan
“Mengubah kami sebentuk tulang
darah dan daging beserpihan”

"Lihat! Mereka terus memburu dan menerjang"
teriak anak lain histeris melengking
"membombardir masjid dan madrasah kita
meski azan sedang menggema"
sepanjang Jalur Gaza

19 Januari 2009

Analisis Puisi:
Puisi "Kunang-Kunang di Sebuah Bukit di Rafah" karya Damiri Mahmud menggambarkan keadaan yang penuh dengan kontras dan ketegangan di Rafah, sebuah wilayah yang seringkali menjadi pusat konflik di Jalur Gaza.

Kontras: Puisi ini memulai dengan gambaran yang kontras antara keindahan kunang-kunang yang terbang di langit Rafah dengan teriakan dan ketakutan anak-anak yang melihatnya. Kontras ini mencerminkan realitas yang rumit di wilayah konflik, di mana keindahan alam bersamaan dengan ketakutan dan kekerasan.

Interaksi Manusia dengan Alam: Turis yang menikmati keindahan alam Rafah melihat kunang-kunang seperti bunga-bunga bermekaran di angkasa, menggambarkan cara orang-orang mencoba menemukan kedamaian dan keindahan di tengah-tengah konflik. Namun, wartawan dan anak-anak yang hidup di tengah konflik melihat kunang-kunang sebagai simbol ketakutan dan bahaya.

Ketakutan dan Kekerasan: Anak-anak yang terkejut dan ketakutan melihat kunang-kunang, merasakan ketakutan mendalam akan serangan dan kekerasan yang sering terjadi di wilayah Rafah. Mereka melihat kunang-kunang sebagai simbol dari ancaman yang nyata dan tak terhindarkan di kehidupan sehari-hari mereka.

Konflik dan Kehancuran: Puisi ini mencatat gambaran tentang kehancuran dan penderitaan yang diakibatkan oleh konflik di Jalur Gaza. Anak-anak yang melihat kunang-kunang sebagai setan dan mengalami serangan ke masjid dan madrasah mereka, mencerminkan realitas tragis dari kehidupan di daerah yang dilanda konflik.

Dengan demikian, puisi "Kunang-Kunang di Sebuah Bukit di Rafah" adalah sebuah puisi yang mencerminkan ketegangan, konflik, dan penderitaan yang dialami oleh penduduk Rafah, sambil menghadirkan gambaran tentang keindahan alam yang terus berlanjut di tengah-tengah kekacauan dan kekerasan. Puisi ini menyoroti kompleksitas dan ketegangan yang ada di wilayah yang dilanda konflik, serta dampaknya terhadap kehidupan manusia dan alam sekitarnya.

Damiri Mahmud
Puisi: Kunang-Kunang di Sebuah Bukit di Rafah
Karya: Damiri Mahmud

Biodata Damiri Mahmud:
  • Damiri Mahmud lahir pada tanggal 17 Januari 1945 di Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara.
  • Damiri Mahmud meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2019 (pada usia 74) di Deli Serdang, Sumatra Utara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.