Kebenaran
1. kebenaran di tubuhku ini meloncat-loncat
dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri
egoku duudk bersandar di tengah-tengah
seperti penonton pingpong di garis jaring net
mengisap bentul premium.
2. Dulu memang setia dan jujur
aku tulis sebaris kata sandi di suratku yang porno
bahwa tak betah aku ditinggal lama-lama
ketika itu tahun kedua kau di Eropa
aku sudah berpelukan dengan gadis lain di sini.
3. Kawanku paling eksentrik bilang
"cita-citaku hanyalah mencari lobang"
aku amat tersinggung
"bicaralah intelek" hentakku
ia hanya menuding buku yang tidak aku mengerti
mungkin sejarah kita yang diimport dari Amsterdam
4. Bertepatan dengan Mochtar Lubis ke valley indah tanah Toraja
aku pulang ke Martapura
dan Presiden berpesan: Rakyat pedesaan target utama
tahu-tahu koran bilang:
jendral marah-marah pangkatnya dikorupsi wartawan
dan LBH, lembaga bantuan hukum dilarang di daerah
(secepat instruksi ini LBH memecat anggota no. 13)
dan aku nonton film horor di langit desa transmigran:
Olympiade Muenchen berdarah!
5. Oh dewi Libra, betulkah kau buta?
ini tulang-tulang kami jadikan tongkat
di awang-awang banyak lobang cita-cita kawanku
tapi pintu perusahaan tertutup rapat
(tuan penjaga membacakan papan pengumuman:
tidak ada lowongan).
6. Mungkin kawan itu benar, ya
lihat seorang nenek menangis sepanjang hari ini
mengawasi pusara suami dan sebuah lobang di sisinya
"pencuri......" teriaknya tiba-tiba
dan lalu memandang bayangannya sendiri, ragu-ragu.
7. Jangan kau katakan bahwa aku melukai hatimu
jangan kau ratapkan bahwa aku mengkhianatimu
aku hanya sekedar impian
yang terdampar di pantai Binaria.
8. Egoku duduk bersandar di tengah-tengah
seperti penonton pingpong di garis jaring net
bola kebenaran meloncat-loncat
dari kanan ke kiri dari kiri ke kanan
sambil mengisap sigaret kalengan.
Jakarta, September 1972
Sumber: Horison (Mei, 1974)
Analisis Puisi:
Puisi "Kebenaran" karya Joss Sarhadi merupakan karya yang penuh dengan unsur-unsur introspeksi, perasaan pribadi, dan pertimbangan filosofis tentang kebenaran, eksistensi, serta kontradiksi dalam kehidupan.
Pingpong Ego: Puisi ini dimulai dengan gambaran yang kuat tentang egonya yang meloncat-loncat seperti bola pingpong. Ini mencerminkan pertentangan dan konflik batin yang dialami oleh penyair. Melalui penggunaan gambaran pingpong, ia mencoba menggambarkan betapa sulitnya untuk menemukan kebenaran mutlak, yang tampaknya bergerak di antara "kiri" dan "kanan," atau antara sisi yang berbeda dari argumen atau perspektif.
Ketidaksetiaan dan Kecemburuan: Dalam bagian kedua, penyair mengungkapkan ketidaksetiaannya dan ketidakjujurannya terhadap pasangannya yang berada di Eropa. Ini menunjukkan konflik batin dan perasaan bersalah yang dihadapi oleh penyair. Puisi ini merenungkan realitas emosional dalam hubungan manusia, ketika perasaan dapat beralih dengan cepat dan mungkin tanpa peringatan.
Cita-cita dan Eksentrisitas: Penyair menceritakan seorang teman yang memiliki pandangan eksentrik tentang hidup. Sementara penyair marah pada temannya, yang tampaknya tidak mementingkan hal-hal seperti "cita-cita," ada juga nuansa ketidakpahaman terhadap pemikiran yang lebih abstrak atau intelektual. Pemahaman budaya dan eksentrisitas individu adalah tema yang ditekankan di sini.
Pergantian Konteks: Penyair merenungkan perubahan yang terjadi dalam konteks dan situasi seiring waktu. Dari perjalanan ke tanah Toraja hingga dampak perubahan politik dan berita nasional, penyair merenungkan pergeseran realitas sosial. Ini menggambarkan bagaimana perubahan dalam situasi dan lingkungan sosial dapat memengaruhi individu.
Ketidakpastian dan Keberagaman: Dalam bagian keenam, penyair memperhatikan seorang nenek yang menunjukkan tanda-tanda kebingungan dan kekhawatiran ketika ia mencoba memahami situasi sekitarnya. Ini menggambarkan bagaimana ketidakpastian, keragaman, dan kontradiksi dalam kehidupan dapat membingungkan individu dan mengganggu pemahaman mereka tentang kebenaran.
Impian dan Realitas: Penyair mencirikan dirinya sebagai "impian" yang terdampar di pantai Binaria. Ini menciptakan perasaan bahwa ia adalah seseorang yang terpisah dari realitas atau kebenaran yang ada di dunia sekitarnya. Ada elemen penyesalan dan perasaan tidak sesuai dengan lingkungan di sekitarnya.
Merokok dan Kebenaran: Puisi ini berakhir dengan penyair yang merenungkan dirinya sendiri dengan sebatang rokok, merokok sambil memperhatikan permainan pingpong ego yang meloncat-loncat. Ini menekankan bahwa pencarian kebenaran adalah proses yang mungkin berlangsung sepanjang hidup, seperti merokok, dan sering kali sulit dan rumit.
Puisi "Kebenaran" menciptakan gambaran yang kuat tentang pencarian kebenaran dan perjalanan emosional seseorang melalui konflik, ketidakpastian, dan realitas kehidupan. Penggunaan bahasa metaforis dan gambaran yang kuat membuat puisi ini memikat dan memancing perenungan mendalam tentang kompleksitas eksistensi manusia.
Puisi: Kebenaran
Karya: Joss Sarhadi
Biodata Joss Sarhadi:
Nama lengkapnya adalah Joseph Suminto Sarhadi.