Puisi: Jam Dinding (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Jam Dinding" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan cemas dan terancamnya seseorang yang terinspirasi ....
Jam Dinding


tik-tok jam dinding di dalam kamar
mungkin bagaikan detak jantungku
yang menimbulkan debar dan denyar
mendadak aku ingat bom itu

jarum-jarum jam pun terus bergerak
lima menit, kemudian setengah jam
sehari, seminggu, hari-hari berderak
mendadak aku ingat maut jahanam


2021

Analisis Puisi:
Puisi "Jam Dinding" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan cemas dan terancamnya seseorang yang terinspirasi oleh detak jam di dalam kamar. Puisi ini mengeksplorasi tema kecemasan, ketakutan, dan perasaan tegang yang mendalam.

Gambaran Jam Dinding: Puisi ini dimulai dengan gambaran "tik-tok jam dinding di dalam kamar" yang menciptakan suasana dan suasana yang spesifik. Jam dinding menciptakan ritme dan irama yang konsisten, mirip dengan detak jantung yang teratur.

Analogi dengan Detak Jantung: Penyair membandingkan tik-tok jam dinding dengan detak jantungnya sendiri. Ini menciptakan hubungan antara objek fisik jam dinding dan perasaan emosi yang terjadi di dalam diri penyair. Analogi ini menunjukkan bahwa jam dinding berfungsi sebagai pengingat tentang keterbatasan waktu dan keberlaluan waktu, yang seringkali menyebabkan perasaan cemas.

Ingatan Akan Kejadian Buruk: Puisi ini menciptakan perasaan cemas dan khawatir melalui ungkapan "mendadak aku ingat bom itu" dan "mendadak aku ingat maut jahanam." Ini menunjukkan bahwa detak jam dinding bisa menjadi pemicu bagi kenangan tentang kejadian buruk atau traumatis yang dialami oleh penyair. Hal ini mencerminkan bagaimana pikiran manusia sering kali terhubung dengan peristiwa masa lalu yang menyakitkan saat berada dalam situasi tertentu.

Perasaan Kegelisahan dan Ketegangan: Melalui penggambaran jarum-jarum jam yang terus bergerak dan pengulangan "mendadak aku ingat," puisi ini menciptakan perasaan kegelisahan dan ketegangan yang terus menerus. Detak jam dinding menjadi seperti simbol dari kegelisahan yang menyertainya dan menggambarkan betapa sulitnya untuk melupakan kenangan buruk yang pernah dialami.

Keterikatan Waktu dengan Emosi: Puisi ini menyoroti bagaimana waktu dan detak jam dapat terkait erat dengan perasaan dan emosi seseorang. Pengalaman cemas dan kekhawatiran penyair terkait dengan waktu dan perasaan tekanan yang dihadapinya, mencerminkan bagaimana waktu dapat menjadi faktor penting dalam mempengaruhi perasaan manusia.

Puisi "Jam Dinding" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan kecemasan dan ketakutan seseorang melalui analogi jam dinding dengan detak jantungnya sendiri. Puisi ini menciptakan gambaran perasaan cemas dan ketegangan yang terus menerus dalam pikiran penyair, menggambarkan keterikatan waktu dengan emosi manusia. Melalui imaji jam dinding dan kenangan buruk yang dihadirkannya, puisi ini menyampaikan pesan tentang ketidakpastian dan kecemasan yang dapat melingkupi kehidupan manusia.

Foto Sketsa Gunoto Saparie
Puisi: Jam Dinding
Karya: Gunoto Saparie


BIODATA GUNOTO SAPARIE

Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.

Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Selain di bidang pers, ia pernah bekerja di bidang pendidikan, yaitu guru di SMP Yasbumi Cepiring, SMP PGRI Patebon, SMP Muhammadiyah Kendal, dan SMA Al-Farabi Pegandon. Ia pernah pula bekerja di CV Sido Luhur Kendal dan PT Aryacipta Adibrata Semarang.

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.

Gunoto Saparie juga sering diundang sebagai pembicara dalam kongres, simposium, dan seminar kesastraan. Ia pun sering membaca puisi di berbagai tempat dan juri lomba literasi yang diadakan lembaga pemerintah maupun swasta. Kini ia tinggal di Jalan Taman Karonsih 654, Ngaliyan, Semarang.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.