Puisi: Jalan (Karya Dami N. Toda)

Puisi "Jalan" karya Dami N. Toda mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan hidup dan pilihan-pilihan yang diambil dalam kehidupan.
Jalan

terbentang
    antara
        kita
kepatuhan
    sol sepatu
        mungkin dari kulit
tiada persoalan lagi
    bahwa kau mau
        itu masalahnya
            jalan-jalan bisa digoreng di aspal
dilarikan mobil-mobil
    di wajahmu juga sekarang
        seribu jalan berurat
            dan pergi
                senantiasa

Sumber: Buru Abadi (2005)

Analisis Puisi:

Puisi "Jalan" karya Dami N. Toda adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan hidup dan perenungan akan pilihan yang diambil dalam kehidupan. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun efektif, puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti kebebasan, determinasi, dan konsekuensi dari pilihan yang diambil.

Simbolisme Jalan: Jalan dalam puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai metafora untuk perjalanan hidup. Pilihan-pilihan yang diambil oleh individu diibaratkan sebagai langkah-langkah yang diambil dalam menempuh jalan hidup mereka. Metafora ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang arah hidup yang mereka pilih dan konsekuensi dari setiap langkah yang diambil.

Kontras Antara Kepatuhan dan Kebebasan: Penulis menggunakan kontras antara kepatuhan (sol sepatu) dan kebebasan (digoreng di aspal) untuk menyoroti perbedaan antara hidup yang diatur dan hidup yang bebas. Meskipun kepatuhan mungkin membawa kenyamanan dan kepastian, namun kebebasan membawa kemungkinan untuk mengeksplorasi dunia dan memilih jalan hidup yang sesuai dengan keinginan individu.

Refleksi atas Pilihan dan Konsekuensi: Puisi ini juga merupakan refleksi atas pilihan yang diambil oleh individu dan konsekuensi dari pilihan tersebut. Penulis menyoroti bahwa tiada persoalan lagi bahwa seseorang mau berjalan, namun yang menjadi masalah adalah arah yang dipilih. Ini mengingatkan pembaca bahwa setiap pilihan yang diambil akan membawa konsekuensi, baik itu positif maupun negatif.

Dinamika Perubahan dan Perjalanan: Puisi ini juga menangkap dinamika perubahan dan perjalanan dalam hidup. Mobil-mobil yang melaju di jalan dapat diinterpretasikan sebagai simbol perubahan yang terus-menerus terjadi dalam kehidupan, sementara seribu jalan berurat dan pergi senantiasa menggambarkan bahwa hidup adalah tentang perjalanan yang terus berlanjut.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini menyajikan sebuah kesimpulan yang terbuka, di mana pembaca diundang untuk merenungkan makna dari setiap langkah dan pilihan yang mereka ambil dalam hidup. Ini memberikan ruang bagi pembaca untuk mempertimbangkan arti kebebasan, determinasi, dan konsekuensi dalam menjalani kehidupan mereka.

Puisi "Jalan" karya Dami N. Toda adalah sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan hidup dan pilihan-pilihan yang diambil dalam kehidupan. Melalui penggunaan simbolisme jalan, kontras antara kepatuhan dan kebebasan, serta refleksi atas pilihan dan konsekuensinya, puisi ini menginspirasi pembaca untuk mempertimbangkan arti dari setiap langkah yang diambil dalam perjalanan hidup mereka.

Dami N. Toda
Puisi: Jalan
Karya: Dami N. Toda

Biodata Dami N. Toda:
  • Dami N. Toda (Dami Ndandu Toda) lahir di Pongkor, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 20 September 1942.
  • Dami N. Toda meninggal dunia di Leezen, Jerman, pada tanggal 10 November 2006.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Piknik 55 Kereta terakhir menderit di ujung stasiun. Telah habis hari ini perjalanan bersama, senja di balik bukit- bukit kelabu. Telah lalu umur hari, satu dar…
  • Cafe de Flore (1) Mestinya kita jumpa lagi setiap petang mestinya kita ketemu di bawah bintang kita datang dan kita pulang dengan keindahan kenang Kita datang dan pulang,…
  • Requiem (1) Sejak kau bernama perempuan dan angan-angan, suaramu tinggal sunyi, dataran padang dengan bulan redup, merekam misteri manusia menuju kelam kematian. Wajahmu …
  • Spleen Lidah-lidah dukanya menjilati khayal semacam sesal semacam duka dalam nyala lilin-lilin harap terbakar melelehkan nanah atas kebinasaan Dua daya…
  • Whisper in the NightLagu itu. Bisik itu. Selaluseperti yang merasuki dirimu. Tetapikau bukan kanak lagi, bisa kutiupbagai selembar daun.Kau kembang, hanya bergoyang-goyangkarena bi…
  • Always in the Morning (1) Surat-surat apakah yang kautulis pagi, malam, tak henti-henti pada dunia mati, hingga alam kembali menciptakan lagi dirimu dari tanah, air, api dan…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.