Fatwa Anak Jalanan
Oh api, yang membakar dinding-dinding usus laparku,
oh bara, yang membengkak bola kelopak mata merahku,
bersimbah debu dengan segenap luka itu kumenunggu di trotoarmu,
tetapi engkau berlalu dengan tergesa tak sudi sejenak menengokku,
meninggalkan muntah knalpotmu memerih perih mata batinku...
Oh barangkali, seandainya aku masih bisa berandai-andai,
tapi apa lagi, karena memang aku tak mengerti apa pula yang bisa kugapai,
selain terima kenyataan, aku ini anak jalanan,
yang terbuang dari kumpulan orang-orang, aku ini gelandangan...