Di Sisi Perigi Rumah Cut Nyak Dhien
cut
aku menatap perigimu
tak pernah kering dan surut
seutas tali dan timba
nyauk tetes airmu
sejuk dan lembut
cut
aku menatap bening hatimu
becermin ketenangan
menjalin keteguhan
hingga ujung usia
kautinggalkan rumah mewah
nama menjulang megah
samadi dalam gua
pantang menyerah
cut
atas tanah kau cinta
aceh
kaukuras air mata
leleh
tak sudi mandang kape
menjarah negeri serambi
keculasan snouck hurgronje
jamah akidah suci
cut
air matamu
netes dalam perigi
mercik ke hari ini
Banda Aceh, 3-9 Mei 2008
Analisis Puisi:
Puisi "Di Sisi Perigi Rumah Cut Nyak Dhien" karya Damiri Mahmud adalah sebuah penghormatan dan perenungan terhadap salah satu pahlawan nasional Indonesia, Cut Nyak Dhien.
Penghormatan terhadap Cut Nyak Dhien: Puisi ini adalah ekspresi penghormatan terhadap Cut Nyak Dhien, salah seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena perjuangannya melawan penjajah Belanda. Cut Nyak Dhien digambarkan sebagai sosok yang tangguh dan tekun dalam menjalani perjuangannya.
Simbolisme Perigi: Perigi dalam puisi ini memiliki makna simbolis yang mendalam. Perigi melambangkan keteguhan hati dan kegigihan Cut Nyak Dhien dalam perjuangannya. Meskipun air perigi mungkin terus mengalir, demikian juga semangat dan dedikasi Cut Nyak Dhien yang tidak pernah surut dalam melawan penjajah.
Ketenangan dan Kebijaksanaan: Puisi ini menggambarkan Cut Nyak Dhien sebagai sosok yang tenang dan bijaksana. Dia diibaratkan sebagai cermin ketenangan dan sumber kebijakan. Ketenangan dan keteguhan hatinya digambarkan sebagai sumber kekuatan yang memungkinkannya bertahan dalam perjuangannya.
Pemberontakan terhadap Penjajah: Puisi ini mengingatkan pembaca akan peran penting Cut Nyak Dhien dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda. Dia adalah simbol perlawanan dan patriotisme, serta tidak akan pernah tunduk kepada penindasan.
Kritik terhadap Penjajah: Puisi ini juga mencerminkan kritik terhadap penjajahan Belanda, yang digambarkan sebagai perampok tanah Aceh dan penjarah yang berusaha merampas akidah (keyakinan) suci. Puisi ini menunjukkan perasaan nasionalisme dan perlawanan terhadap penindasan asing.
Kekuatan dalam Kesederhanaan: Meskipun Cut Nyak Dhien ditinggalkan oleh rumah mewah dan harta pusaka, dia tetap memiliki kekuatan dan keberanian untuk terus melawan. Puisi ini merayakan kekuatan kesederhanaan dan ketabahan.
Pesan Sejarah: Puisi ini merangkai pesan sejarah tentang perjuangan seorang pahlawan nasional yang menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. Cut Nyak Dhien adalah sosok yang menegaskan pentingnya mempertahankan kebebasan dan martabat bangsa.
Puisi "Di Sisi Perigi Rumah Cut Nyak Dhien" adalah persembahan dan penghargaan yang indah terhadap seorang pahlawan nasional yang memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Puisi: Di Sisi Perigi Rumah Cut Nyak Dhien
Karya: Damiri Mahmud
Biodata Damiri Mahmud:
- Damiri Mahmud lahir pada tanggal 17 Januari 1945 di Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara.
- Damiri Mahmud meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2019 (pada usia 74) di Deli Serdang, Sumatra Utara.