Di Beranda Rumah Cut Nyak Dhien
menghindarlah dari sisiku
pergi menjauh
angkat bawaanmu
meski perlu
aku tak butuh
“do karem nukilkan aku sebutir syair
tentang lelaki ini
kumandangkan ke langit
ke bukit-bukit
ke laut ke gelombang
ke hutan ke seluruh dahan
pucuk-pucuk dedaunan
biar dia tahu
keteguhan hati
perempuan aceh
sigap membekap rencong
tak mudah diperli
tak mau dileceh”
“do karem gaungkan ke jagad alam
:kau penipu
menyeberang dan makan keju
sendirian
tak kauberi tahu istrimu
sehingga ia terhinakan
tak pantas natap dunia
bergelimang malu”
seketika rimba
gelap
marak dan menggertap
menggelegar
teuku umar
tersungkur dalam tiarap
gemetar
konon masih sempat mengucap
Tuhan
beri tahu
cut nyak
isi hatiku
Banda Aceh, 3-9 Mei 2008
Analisis Puisi:
Puisi "Di Beranda Rumah Cut Nyak Dhien" karya Damiri Mahmud adalah sebuah karya yang menggambarkan kekuatan, ketegasan, dan perjuangan seorang pahlawan perempuan, Cut Nyak Dhien, yang terkenal dalam sejarah perlawanan di Aceh.
Garis Besar Sejarah: Puisi ini mengambil latar belakang perjuangan Cut Nyak Dhien melawan penjajah Belanda di Aceh. Puisi ini membawa kita ke dalam momen-momen keteguhan hati dan perlawanan dari sudut pandang yang berbeda.
Permintaan untuk Dicatat dalam Syair: Puisi ini dimulai dengan permintaan untuk "dicatat dalam syair" tentang seorang lelaki yang menjadi objek pemikiran perempuan (Cut Nyak Dhien). Permintaan ini mencerminkan keinginan Cut Nyak Dhien untuk menjelaskan perjuangannya dan mempertahankan harga dirinya di mata dunia.
Keteguhan Hati dan Kepahlawanan: Puisi ini menggambarkan keteguhan hati Cut Nyak Dhien dan keyakinannya bahwa dia adalah seorang perempuan Aceh yang kuat dan tak mudah diperli. Dia bersikeras bahwa suaminya, Teuku Umar, tidak akan mengetahui pengkhianatan yang dia alami. Ini menyoroti semangat perlawanan dan harga diri yang tinggi.
Pemilahan Ganda: Puisi ini mencerminkan perasaan Cut Nyak Dhien tentang kesetiaan, kemarahan, dan ketegasan. Dia merasa terkhianati oleh suaminya yang makan keju sendirian, sementara ia berjuang dan mengorbankan dirinya dalam perjuangan melawan penjajah.
Rimba yang Gelap: Puisi ini mengakhiri dengan deskripsi rimba yang gelap dan marah. Ini mungkin mencerminkan ketegangan dan perjuangan di Aceh selama masa penjajahan Belanda, di mana Teuku Umar akhirnya gugur dalam perjuangan.
Kesetiaan pada Cut Nyak Dhien: Puisi ini mengakhiri dengan permohonan dari Teuku Umar kepada Tuhan untuk memberitahu Cut Nyak Dhien isi hatinya. Ini menunjukkan kesetiaan yang kuat terhadap Cut Nyak Dhien bahkan dalam situasi yang sulit.
Secara keseluruhan, puisi ini adalah sebuah penghormatan kepada Cut Nyak Dhien, seorang pahlawan perempuan yang kuat dan berani, serta menggambarkan konflik dan perasaan dalam konteks perjuangan yang keras. Puisi ini memberikan pandangan mendalam tentang sejarah dan perasaan tokoh-tokohnya serta menciptakan citra keteguhan hati dan perjuangan dalam menghadapi penjajahan.
Puisi: Di Beranda Rumah Cut Nyak Dhien
Karya: Damiri Mahmud
Biodata Damiri Mahmud:
- Damiri Mahmud lahir pada tanggal 17 Januari 1945 di Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara.
- Damiri Mahmud meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2019 (pada usia 74) di Deli Serdang, Sumatra Utara.