Puisi: Cut Nyak Dhien Memandang (Karya Damiri Mahmud)

Puisi "Cut Nyak Dhien Memandang" karya Damiri Mahmud adalah penghormatan terhadap seorang pahlawan nasional yang dihormati di Indonesia dan ...
Cut Nyak Dhien Memandang
Dari Sumedang ke Bukit Lampisang


Antara Sumedang
tempat aku
    dibuang
ribuan batu
dari bukit Lampisang
ada samudera menghadang
namun biji mataku
    meski buta
masih tembus pandang

Negeri Serambi
tempat aku diayun
serta dipelun
hikayat prang sabie
sayup mengalun

acehku sayang
di sana aku dibesarkan
ayah dan ibu
berlari di antara kebun kopi
metik buah pala
rasakan hangat biji lada
kayu manis yang harum
pohon kelapa sepanjang pantai
Lhok Nga, Meulaboh, Samudera Pasai
Lamno gadis-gadis bermata biru
konon Portugis lama di situ
lembu dan kerbau di padang-padang
lepas bebas tak perlu kandang

aku ingin kembali
ke rumah berjenjang
beratap rumbia
sebentar saja
melihat bilik
dengan pernak-pernik
secabik tabing begitu cantik
aku ingin
meraba ranjang pengantin
pertama aku diusik

aku memekik


Banda Aceh, 3-10 Mei 2008

Analisis Puisi:
Puisi "Cut Nyak Dhien Memandang" karya Damiri Mahmud adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan dan pandangan Cut Nyak Dien, seorang pahlawan nasional Indonesia dari Aceh, tentang masa lalunya dan tempat asalnya.

Pandangan Memandang Masa Lalu: Puisi ini adalah refleksi Cut Nyak Dien, yang memandang masa lalunya, terutama masa kecil dan rumahnya di Aceh. Ia merasa rindu akan rumah, lingkungan, dan kenangan masa kecilnya yang penuh kehangatan.

Kedekatan dengan Alam: Puisi ini menggambarkan hubungan yang erat antara Cut Nyak Dien dan alam Aceh. Gambaran pohon kelapa, pantai, dan sebutan tempat-tempat seperti Lhok Nga, Meulaboh, dan Samudera Pasai menciptakan gambaran alam yang luas dan memanjakan mata yang telah membentuk identitas Cut Nyak Dien.

Kesetiaan kepada Aceh: Puisi ini mencirikan kesetiaan Cut Nyak Dien kepada Aceh, tempat dia dibesarkan dan berjuang. Ia mencintai tanah airnya dengan penuh rasa kebanggaan dan memiliki pengenangan yang dalam terhadap budaya, alam, dan sejarah Aceh.

Keinginan untuk Kembali: Dalam puisi ini, terdapat keinginan kuat untuk kembali ke rumah dan mengunjungi tempat-tempat yang penuh dengan kenangan masa kecil. Cut Nyak Dien merindukan kebahagiaan masa kecilnya dan tempat-tempat yang telah menjadi bagian dari identitasnya.

Gambaran yang Mendalam: Puisi ini menciptakan gambaran yang mendalam tentang perasaan dan pandangan Cut Nyak Dien, seolah-olah pembaca dapat merasakan hasrat dan rindunya terhadap Aceh. Penyair memadukan penggunaan kata-kata dan gambaran dengan baik untuk menggambarkan perasaan yang mendalam.

Puisi "Cut Nyak Dhien Memandang" adalah penghormatan terhadap seorang pahlawan nasional yang dihormati di Indonesia. Ini membawa pembaca pada perjalanan emosional ke dalam pandangan dan perasaan Cut Nyak Dien tentang masa lalunya dan tanah airnya yang sangat ia cintai.

Damiri Mahmud
Puisi: Cut Nyak Dhien Memandang
Karya: Damiri Mahmud

Biodata Damiri Mahmud:
  • Damiri Mahmud lahir pada tanggal 17 Januari 1945 di Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara.
  • Damiri Mahmud meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2019 (pada usia 74) di Deli Serdang, Sumatra Utara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.