Bukittinggi
rentak kaki kuda
di tengah kota
bagai detak jantung kita
membaca tanda
adakah yang hilang
ataukah hadir dalam kenangan kita?
Analisis Puisi:
Puisi "Bukittinggi" karya Damiri Mahmud menghadirkan citraan tentang kota Bukittinggi dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang merenungkan tentang arti kenangan dan keberadaan sesuatu yang mungkin telah hilang.
Citra Kota Bukittinggi: Puisi ini menggambarkan kota Bukittinggi dengan rentak kaki kuda yang melintas di tengah kota. Gambaran ini membawa pembaca ke suasana kota yang seolah hidup dan berdenyut layaknya detak jantung. Rentak kaki kuda menjadi simbol dari kehidupan dan gerak kota tersebut. Puisi ini berhasil menciptakan gambaran tentang kota yang hidup dan dinamis.
Pertanyaan-pertanyaan yang Merenungkan: Puisi ini menyajikan serangkaian pertanyaan yang merenungkan, seperti "adakah yang hilang ataukah hadir dalam kenangan kita?" Pertanyaan ini menggambarkan perasaan nostalgia dan merenungkan tentang sesuatu yang mungkin telah hilang dari kota Bukittinggi atau dari kenangan kita. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menimbulkan perenungan tentang arti keberadaan, makna kenangan, dan pengaruhnya dalam kehidupan.
Makna Kenangan dan Identitas: Puisi ini membawa pembaca untuk merenungkan makna kenangan dan identitas. Rentak kaki kuda dan detak jantung kota menjadi simbol identitas kota Bukittinggi. Pertanyaan apakah sesuatu telah hilang atau hadir dalam kenangan menyoroti pentingnya kenangan dalam membentuk identitas seseorang atau suatu tempat. Mungkin ada elemen-elemen khas Bukittinggi yang kini telah berubah atau menghilang, tetapi kenangan tentang mereka masih hidup dan relevan.
Bahasa dan Irama: Puisi ini ditulis dengan bahasa yang sederhana dan lugas, menciptakan suasana yang tenang dan reflektif. Penggunaan aliterasi dan asonansi seperti "rentak kaki kuda" dan "detak jantung kita" memberikan irama yang mengalir dan memperkuat penggambaran suasana kota yang hidup.
Puisi "Bukittinggi" karya Damiri Mahmud adalah puisi yang menghadirkan gambaran tentang kehidupan dan keberadaan kota Bukittinggi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengajak pembaca untuk merenungkan makna kenangan, identitas, dan arti keberadaan. Melalui bahasanya yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menciptakan suasana reflektif dan mengundang pembaca untuk mempertimbangkan tentang arti dan makna dari sesuatu yang mungkin telah hilang atau masih hadir dalam kenangan.
Puisi: Bukittinggi
Karya: Damiri Mahmud
Biodata Damiri Mahmud:
- Damiri Mahmud lahir pada tanggal 17 Januari 1945 di Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara.
- Damiri Mahmud meninggal dunia pada tanggal 30 Desember 2019 (pada usia 74) di Deli Serdang, Sumatra Utara.