Teunon
Berderit suara
pintu musolla
kusangka engkau
masuk
hendak menyapa
DIA
dengan ber-Dhuna
Tetapi ya Allah: Inna Lillahi
yang datang
gempa
gelombang musibah
amuk samudra
2005
Analisis Puisi:
Puisi "Teunon" karya Rusli A. Malem merupakan salah satu karya yang sarat makna dan lahir dari pengalaman kolektif masyarakat Aceh yang pernah menjadi saksi dahsyatnya bencana tsunami. Puisi ini ditulis dengan kesederhanaan bahasa yang justru mampu menggugah kedalaman batin pembaca.
Tema
Tema utama puisi ini adalah bencana alam dan keterbatasan manusia di hadapan kekuasaan Tuhan. Penyair menyoroti kedahsyatan tsunami sebagai peristiwa yang tak hanya merusak secara fisik, tetapi juga mengguncang batin dan iman manusia.
Puisi ini bercerita tentang suasana musibah tsunami yang datang secara tiba-tiba. Pada mulanya, penyair menggambarkan suasana seakan ada seseorang yang masuk musala untuk beribadah. Namun, ternyata yang datang bukanlah seorang manusia, melainkan gelombang besar yang membawa bencana. Dari sini terlihat kontras antara harapan untuk mendekatkan diri pada Tuhan dengan kenyataan yang datang berupa ujian berat.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kesadaran akan kefanaan hidup dan betapa kecilnya manusia di hadapan kuasa Tuhan. Bencana tidak hanya dilihat sebagai malapetaka, tetapi juga sebagai panggilan untuk merenungi kembali hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Tsunami menjadi metafora tentang kedahsyatan takdir yang tidak bisa dihindari, serta ujian ketabahan bagi manusia yang menghadapinya.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini terasa mencekam, penuh duka, dan getir. Awalnya, suasana tenang musala terbangun dengan derit pintu yang dibuka, namun segera berubah menjadi suasana horor ketika bencana datang. Peralihan suasana dari damai ke kacau ini memperkuat kesan tragis yang ingin disampaikan penyair.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah pentingnya kesadaran spiritual dan kesiapan batin menghadapi musibah. Tsunami digambarkan bukan hanya sekadar fenomena alam, tetapi juga tanda kebesaran Tuhan yang mengingatkan manusia untuk selalu rendah hati, beriman, dan berserah diri kepada-Nya.
Imaji
Imaji dalam puisi ini sangat kuat meski menggunakan kata-kata sederhana. Misalnya:
- “Berderit suara pintu musolla” menghadirkan imaji auditori yang menandakan suasana sunyi dan sakral.
- “yang datang gempa, gelombang musibah, amuk samudra” melahirkan imaji visual dan kinestetik tentang dahsyatnya tsunami yang meluluhlantakkan kehidupan.
Imaji ini membuat pembaca seolah-olah ikut menyaksikan peristiwa tersebut secara langsung.
Majas
Beberapa majas yang dapat ditemukan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – tsunami disebut “gelombang musibah, amuk samudra”, sebuah penggambaran yang mempertegas kekuatan dan kengerian bencana.
- Personifikasi – pintu musala yang “berderit” seakan menyampaikan isyarat kedatangan sesuatu, memberi kesan hidup pada benda mati.
- Ironi – ekspektasi akan datangnya seseorang untuk beribadah ternyata berbalik dengan kenyataan bahwa yang datang justru bencana besar.
Puisi "Teunon" karya Rusli A. Malem adalah karya pendek namun penuh makna. Dengan bahasa sederhana, penyair mampu menghadirkan gambaran nyata kedahsyatan tsunami dan sekaligus menggugah renungan spiritual pembaca. Tema bencana, imaji kuat, serta majas yang digunakan membuat puisi ini menjadi pengingat tentang rapuhnya manusia di hadapan takdir Tuhan dan pentingnya kembali mendekatkan diri kepada-Nya.
Puisi: Teunon
Karya: Rusli A. Malem
Biodata Rusli A. Malem:
- Rusli A. Malem lahir pada tanggal 27 November 1942 di desa Lhok Nibong, Aceh.