Puisi: Sinar Bintang (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Sinar Bintang" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan perjalanan dari senja ke malam, di mana penyair merenungkan tentang kegelapan ...
Sinar Bintang

Senja turun, kekasihku!
Perlahan-lahan gelap merayap di bumi
Pohon yang jauh menjadi kabur
Dan menggelap segala warna
Bertambah kelam rupa bayangan
Dan menipislah segala baris
Letih lesu unggas di sawang mengepak sayap
Makin rapat senja berjalin
Makin mesra rasa di hati
Kenangan melayang jauh tiada bertuju
O, kekasih, alangkah sunyi sepi seluruh bumi!
Segala mengabur, segala menyatu
Pilu seseni ini belum pernah terasa
Di langit senja menjelang bintang takut berani
Jauh tinggi berkelip sinar di cakrawala
Mendalam, mendalam malam!
Biar segala bersatu menghitam di bumi:
Beta hendak menengadahkan kepala ke langit terbentang
Beta hendak menyambut bintang bersinar di kalbu,
Ya, ya demikianlah kekasihku!

10 Mei 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Sinar Bintang" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan perjalanan dari senja ke malam, di mana penyair merenungkan tentang kegelapan yang menyelimuti bumi namun diselingi oleh sinar-sinar bintang yang bersinar terang di langit. Puisi ini mengeksplorasi tema kesendirian, keheningan, dan keindahan alam, serta mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kedalaman makna di balik kegelapan dan sinar bintang.

Tema

Tema utama dari puisi ini adalah perjalanan dari senja ke malam dan keindahan serta makna yang terkandung dalam kegelapan dan sinar-sinar bintang. Penyair merenungkan tentang kesendirian dan keheningan yang menyelimuti bumi saat senja turun, namun juga tentang keindahan dan harapan yang disediakan oleh sinar bintang di langit malam.

Struktur

Puisi ini terdiri dari satu dan bait dengan dua puluh baris, menciptakan ritme yang lambat dan reflektif, sesuai dengan suasana senja yang meresap. Struktur puisi ini mencerminkan perjalanan perasaan penyair dari kegelapan menuju cahaya, serta menggambarkan perubahan suasana dari senja hingga malam.

Gaya Bahasa

Alisjahbana menggunakan bahasa yang puitis dan deskriptif untuk menggambarkan perasaan dan suasana di sekitar senja dan malam:
  1. Imaji: Penggambaran visual tentang "gelap merayap di bumi" dan "sinar bintang di cakrawala" menciptakan gambaran yang kuat tentang perubahan suasana dari senja ke malam.
  2. Metafora: Penyair menggunakan metafora seperti "sinar bintang di cakrawala" untuk menyampaikan pesan tentang harapan dan keindahan di tengah kegelapan.
  3. Personifikasi: Penggunaan personifikasi pada sinar bintang yang "takut berani" memberikan kesan tentang kehidupan dan emosi yang dimiliki oleh objek alam.

Makna dan Simbolisme

  1. Senja: Mewakili perubahan dan transisi dalam kehidupan, serta kedalaman emosi dan pikiran manusia.
  2. Sinar Bintang: Mewakili harapan, keindahan, dan keabadian, serta memberikan cahaya di tengah kegelapan.
Puisi "Sinar Bintang" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah penggambaran yang indah dan puitis tentang perjalanan dari senja ke malam dan makna yang terkandung dalam kegelapan dan sinar-sinar bintang. Melalui bahasa yang puitis dan deskriptif, penyair menggambarkan perasaan kesendirian, keheningan, dan keindahan alam, serta mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, harapan, dan keabadian. Puisi ini menyampaikan pesan yang mendalam tentang keindahan dan makna di balik perubahan dan tantangan dalam kehidupan.

Puisi: Sinar Bintang
Puisi: Sinar Bintang
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.