Puisi: Si Kikir (Karya Suripan Sadi Hutomo)

Puisi "Si Kikir" karya Suripan Sadi Hutomo menggambarkan berbagai aspek kehidupan, termasuk kesenangan, keinginan, konflik sosial, dan ....
Si Kikir


Si kikir kembali bernyanyi
O, bonekaku yang manis
Janganlah kau menangis
Kembang bakung kembang turi
Gadis kampung milik kami

Terurai rambut jagung
Bunga di kebun berayun-ayun
Si tua di atas pedati takut terlambat di caci maki
Takut terlambat di sendat hari

Si kikir namanya
Si kikir punya kuasa
Kau mau apa?

Pagar berjalur janur
Kapan kau bisa makmur
Hutangmu sedalam sumur
Menolong liang kubur

Si kikir terus bernyanyi
O, bonekaku yang cantik
Kemarilah kau kujentik
Jangan kau malu
Bertelanjang lebih ku mau
Bakal kupegang susu-susu
Bakal kuremas anu-anu

Ai betapa nyaman rasa
Semerbak bedak adalah "Dunia"
(Tuhan jauh di surga si kikir lupa mengaca)

Terurai rambut jagung
Bunga di kebun berayun-ayun
Si tua di atas goni
Hati susah si anak perawan tani
Malam ini bakal di roti tak boleh di sangka antri
Tak boleh tersedia peti
Merunduk bunga dip agar
Rimba semak membelukar
Di mana angin sejuk
Menyingkap bau busuk?

Perlahan menetes mata
Kenapa kau menangis pak Tua
Bukanlah zaman telah merdeka?
Rembulan di langit
Menghimpit jerit
Demikian nyata

Dan kau pun juga di sana
Dan selalu bertanya
        Ke mana?
Kemana saudara?


Sumber: Horison (April, 1973)

Analisis Puisi:
Puisi "Si Kikir" yang ditulis oleh Suripan Sadi Hutomo adalah karya sastra yang penuh dengan gambaran dan perasaan yang kompleks. Puisi ini menggambarkan berbagai aspek kehidupan, termasuk kesenangan, keinginan, konflik sosial, dan pertanyaan tentang nasib seseorang.

Narasi dan Gambaran: Puisi ini menghadirkan gambaran tentang kehidupan pedesaan yang kaya dengan unsur-unsur budaya dan tradisi. Si kikir adalah karakter utama yang kembali bernyanyi, mungkin sebagai seorang penyanyi atau entertainer lokal. Puisi ini juga menciptakan gambaran tentang aktivitas sehari-hari di pedesaan, seperti gadis kampung yang milik komunitas dan orang-orang yang bekerja di ladang atau kebun.

Karakter Si Kikir: Si Kikir adalah karakter yang menarik dalam puisi ini. Dia memiliki kuasa atau pengaruh tertentu dalam komunitasnya, seperti yang terlihat dalam penggunaan bahasa yang mendesak, "Kau mau apa?" Namun, karakter Si Kikir juga digambarkan sebagai sosok yang kasar dan tidak senonoh, yang mencoba memanfaatkan kekuasaannya dengan cara yang tidak pantas.

Kontras Antara Realitas dan Khayalan: Puisi ini menciptakan kontras yang kuat antara realitas kehidupan pedesaan yang keras dan khayalan Si Kikir yang penuh keinginan dan kenikmatan. Meskipun ada kemiskinan dan kesulitan di sekitarnya, Si Kikir terus bernyanyi tentang kenikmatan dan kepuasan pribadinya. Ini menciptakan pertanyaan tentang ketidakpedulian atau ketidakpekaan terhadap kondisi sekitarnya.

Pertanyaan tentang Nasib dan Keberadaan: Puisi ini berakhir dengan pertanyaan yang kuat tentang nasib dan keberadaan. Pertanyaan "Ke mana?" dan "Kemana saudara?" menciptakan atmosfer misterius dan refleksi tentang arah hidup. Ini mungkin menggambarkan keraguan dan ketidakpastian yang dialami oleh karakter-karakter dalam puisi ini, dan secara lebih luas, manusia dalam perjalanan hidupnya.

Gaya Bahasa dan Struktur: Suripan Sadi Hutomo menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang hidup dalam puisi ini. Struktur puisi ini terbagi menjadi beberapa bagian, dan ini menciptakan ritme yang menggambarkan perubahan suasana dan emosi dalam cerita.

Puisi "Si Kikir" karya Suripan Sadi Hutomo adalah karya sastra yang kaya dengan gambaran dan emosi yang kuat. Ini menciptakan gambaran kehidupan pedesaan yang kompleks dan memunculkan pertanyaan tentang realitas dan khayalan, serta nasib dan keberadaan manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam tentang kehidupan dan perasaan manusia.

Puisi Si Kikir
Puisi: Si Kikir
Karya: Suripan Sadi Hutomo

Biodata Suripan Sadi Hutomo:
  1. Suripan Sadi Hutomo lahir pada tanggal 5 Februari 1940 di Ngawen, Blora.
  2. Suripan Sadi Hutomo meninggal dunia pada tanggal 23 Februari 2001 di Surabaya.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • BukitBukit tanpa pohonan dan rumputanBukit gundul tanpa aspalSebuah danau penuh kurcaciSebuah kapal ada di laciSatu-satu tetes peluh dari pundakSatu-satu tubuh rebah tanpa gerakSer…
  • CurutCurut dan tikus, kremi dan cwimiSepiring nasi putihKita telah menulis panjang sekaliGugusan-gugusan kasihDaun apa-apa, ulat keket di srikayaSemut beriring rayap menyayat mataU…
  • Stanza BloraBegitu nafas tertumpuk di batuGelora jiwa memapah anganmuYang tegak di rel kereta tuaSia-sia mencari, sia-sia menyapaManila, 1982Analisis Puisi:Puisi "Stanza Blora" kar…
  • Sebuah SungaiSebuah sungaiMengalir dalam diri kitaMengalir tanpa suaraPasang segera jalaIkut Sang SuryaDan ikan-ikanBakal turun ke muaraBernyanyi. BernyanyilahPasar di kota-kotaTel…
  • Ke BloraKe Blora ia akan pulangKe Blora ia akan memikul cendawanMenyusur kali lusi yang gersangDada dada montok kemiskinanTembang di bukit-bukit hutan jatiHidup pencuri sindir poli…
  • Si KikirSi kikir kembali bernyanyiO, bonekaku yang manisJanganlah kau menangisKembang bakung kembang turiGadis kampung milik kamiTerurai rambut jagungBunga di kebun berayun-ayunSi …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.