Si Kikir
Si kikir kembali bernyanyi
O, bonekaku yang manis
Janganlah kau menangis
Kembang bakung kembang turi
Gadis kampung milik kami
Terurai rambut jagung
Bunga di kebun berayun-ayun
Si tua di atas pedati takut terlambat di caci maki
Takut terlambat di sendat hari
Si kikir namanya
Si kikir punya kuasa
Kau mau apa?
Pagar berjalur janur
Kapan kau bisa makmur
Hutangmu sedalam sumur
Menolong liang kubur
Si kikir terus bernyanyi
O, bonekaku yang cantik
Kemarilah kau kujentik
Jangan kau malu
Bertelanjang lebih ku mau
Bakal kupegang susu-susu
Bakal kuremas anu-anu
Ai betapa nyaman rasa
Semerbak bedak adalah "Dunia"
(Tuhan jauh di surga si kikir lupa mengaca)
Terurai rambut jagung
Bunga di kebun berayun-ayun
Si tua di atas goni
Hati susah si anak perawan tani
Malam ini bakal di roti tak boleh di sangka antri
Tak boleh tersedia peti
Merunduk bunga dip agar
Rimba semak membelukar
Di mana angin sejuk
Menyingkap bau busuk?
Perlahan menetes mata
Kenapa kau menangis pak Tua
Bukanlah zaman telah merdeka?
Rembulan di langit
Menghimpit jerit
Demikian nyata
Dan kau pun juga di sana
Dan selalu bertanya
Ke mana?
Kemana saudara?
Sumber: Horison (April, 1973)
Analisis Puisi:
Puisi "Si Kikir" yang ditulis oleh Suripan Sadi Hutomo adalah karya sastra yang penuh dengan gambaran dan perasaan yang kompleks. Puisi ini menggambarkan berbagai aspek kehidupan, termasuk kesenangan, keinginan, konflik sosial, dan pertanyaan tentang nasib seseorang.
Narasi dan Gambaran: Puisi ini menghadirkan gambaran tentang kehidupan pedesaan yang kaya dengan unsur-unsur budaya dan tradisi. Si kikir adalah karakter utama yang kembali bernyanyi, mungkin sebagai seorang penyanyi atau entertainer lokal. Puisi ini juga menciptakan gambaran tentang aktivitas sehari-hari di pedesaan, seperti gadis kampung yang milik komunitas dan orang-orang yang bekerja di ladang atau kebun.
Karakter Si Kikir: Si Kikir adalah karakter yang menarik dalam puisi ini. Dia memiliki kuasa atau pengaruh tertentu dalam komunitasnya, seperti yang terlihat dalam penggunaan bahasa yang mendesak, "Kau mau apa?" Namun, karakter Si Kikir juga digambarkan sebagai sosok yang kasar dan tidak senonoh, yang mencoba memanfaatkan kekuasaannya dengan cara yang tidak pantas.
Kontras Antara Realitas dan Khayalan: Puisi ini menciptakan kontras yang kuat antara realitas kehidupan pedesaan yang keras dan khayalan Si Kikir yang penuh keinginan dan kenikmatan. Meskipun ada kemiskinan dan kesulitan di sekitarnya, Si Kikir terus bernyanyi tentang kenikmatan dan kepuasan pribadinya. Ini menciptakan pertanyaan tentang ketidakpedulian atau ketidakpekaan terhadap kondisi sekitarnya.
Pertanyaan tentang Nasib dan Keberadaan: Puisi ini berakhir dengan pertanyaan yang kuat tentang nasib dan keberadaan. Pertanyaan "Ke mana?" dan "Kemana saudara?" menciptakan atmosfer misterius dan refleksi tentang arah hidup. Ini mungkin menggambarkan keraguan dan ketidakpastian yang dialami oleh karakter-karakter dalam puisi ini, dan secara lebih luas, manusia dalam perjalanan hidupnya.
Gaya Bahasa dan Struktur: Suripan Sadi Hutomo menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang hidup dalam puisi ini. Struktur puisi ini terbagi menjadi beberapa bagian, dan ini menciptakan ritme yang menggambarkan perubahan suasana dan emosi dalam cerita.
Puisi "Si Kikir" karya Suripan Sadi Hutomo adalah karya sastra yang kaya dengan gambaran dan emosi yang kuat. Ini menciptakan gambaran kehidupan pedesaan yang kompleks dan memunculkan pertanyaan tentang realitas dan khayalan, serta nasib dan keberadaan manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam tentang kehidupan dan perasaan manusia.
Karya: Suripan Sadi Hutomo
Biodata Suripan Sadi Hutomo:
- Suripan Sadi Hutomo lahir pada tanggal 5 Februari 1940 di Ngawen, Blora.
- Suripan Sadi Hutomo meninggal dunia pada tanggal 23 Februari 2001 di Surabaya.